MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA—Dalam sebuah hadis sahih Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada akhirnya” (HR. Bukhari). Menurut Muhammad Ichsan, kalau di awal Ramadan segenap kaum muslim menyambut dengan segala suka cita, namun semangat tersebut perlahan luntur di masa-masa akhir, maka hal tersebut bukan sesuatu yang baik.
“Hari-hari ini kita memasuki akhir Ramadan di tahun ini, marilah kita memperbaiki kualitas ibadah kita, tetap fokus, tidak buyar, dan tetap semangat berdoa kepada Allah di saat-saat akhir ini,” tutur Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah ini dalam kajian yang diselenggarakan Masjid Islamic Center UAD pada Rabu (5/5).
Menurut Ichsan, Nabi Saw memberikan contoh selama 10 hari terakhir di bulan Ramadan, umat Islam juga dianjurkan untuk menghidupkan malam bersama keluarganya. Aisyah ra berkata, “Dahulu Rasulullah Saw apabila telah masuk 10 terakhir, beliau mengencangkan ikat pinggangnya, menghidupkan malam-malamnya dan membangunkan keluarganya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
“Hadis ini menunjukkan bahwa begitu pentingnya 10 hari terakhir itu Nabi Saw bersungguh-sungguh kepada Allah, khususnya pada malam hari. 10 hari terakhir bulan Ramadan itu begitu istimewa karena di antara salah satu malam ada sebuah malam yang kita kenal dengan lailatul qadar,” kata Ichsan.
Bagi dosen Univeristas Muhammadiyah Yogyakarta ini, sungguh merugi bagi orang-orang di bulan Ramadan hanya mengamalkan ibadah puasa dengan menahan lapar dan dahaga. Padahal amalan-amalan baik tidak hanya itu sebab pada malam hari, Allah Swt tawarkan paket ibadah yang memiliki nilai kebaikan tinggi.
Paket ibadah tersebut termasuk iktikaf. Menurut Ichsan, iktikaf dapat dilakukan dengan cara menghidupkan malam-malam untuk beribadah, berzikir, bershalawat, berdoa dan lain-lain hingga waktu fajar. Kebiasaan beribadah di 10 malam terakhir ditularkan Rasulullah Saw kepada seluruh anggota keluarga beliau untuk sama-sama menikmati kesyahduan beribadah sepanjang malam.
“Kalau tidak bisa 10 hari dan 10 malam, maka paling tidak malam hari kita bisa beriktikaf. Bila malam hari kosong, maka bisa digunakan dengan iktikaf, beribadah kepada Allah dengan niat berusaha untuk mendapatkan pahala dan keutamaan lailatul qadar,” tuturnya.