MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA—15 tahun lalu, tepatnya 27 Mei 2006, gempa berkekuatan 5,9 skala Richter mengguncang Yogyakarta dan Jawa Tengah pada pukul 05.53 WIB. Tercatat, intensitas gempa tersebut menimbulkan kerusakan pada konstruksi rumah maupun bangunan. Akibatnya, banyak menelan ribuan korban dan ratusan ribu mengalami luka-luka.
“15 tahun yang lampau pada pagi hari masih ingat ketika saya masuk rumah dari acara pagi, Yogyakarta bergetar dan cukup lama. Ketika itu saya harus memilih mengangkat adik saya yang sakit atau ayah saya yang juga sedang sakit,” tutur Ketua MDMC Pusat Budi Setiawan dalam acara 15 Tahun Refleksi Gempa Bumi DIY dan Jawa Tengah pada Kamis (27/05).
Pilihan sulit tersebut dalam dilema namun Budi memutuskan untuk menolong adiknya yang sakit terlebih dahulu lantaran jaraknya lebih dekat dibanding ayahnya. Budi tetap merasa beruntung lantaran kedua keluarganya selamat dan bangunan rumahnya pun tidak terlalu luluhlantah. Namun pengalaman tersebut masih membekas diingatan Budi lantaran jumlah korban berserakan di Yogyakarta.
“Ketika kita sedang sibuk-sibuknya membantu evakuasi korban dan jenazah ke PKU Muhammadiyah tiba-tiba mendengar sirine, orang-orang berlarian karena ada isu tsunami. Ini sesuatu yang menarik,” ungkap Budi.
Menariknya, ungkap Budi, isu tsunami begitu menjalar ke semua memori masyarakat Kota Jogja. Padahal, jarak laut dan pemukiman warga kota Jogja begitu jauh. Namun ingatan akan tsunami Aceh tahun 2004 ketika itu menghantui trauma masyarakat Indonesia, khususnya warga yang bermukim di wilayah kota Yogyakarta.
“Masyarakat waktu itu masih takut dengan tsunami. Karena itulah, pada acara 15 tahun gempa Yogyakarta ini harusnya kita memikirkan kemungkinan yang akan datang. Gempa Jogja bukan sesuatu yang tidak akan terjadi lagi,” kata Budi.
Ketika terjadi gempa bumi, kata Budi, semua pihak harus lebih siap dalam mitigasi bencana. Kesiapan tersebut dapat diupayakan sejak sekarang agar tidak mengulangi kerugian yang didapat dari gempa 15 tahun yang lalu. Intinya bagaimana cara agar dapat mengurangi resiko ketika bencana terjadi.