MUHAMMADIYAH.OR.ID, MAGELANG– Keberadaan Muhammadiyah bukan hanya bermanfaat bagi warga dan jamaah Muhammadiyah saja. Tetapi manfaatnya harus dirasakan oleh semua, hal ini yang dipedomani oleh Muhammadiyah sebagai rahmatan lil alamin.
Demikian disampaikan oleh Bachtiar Dwi Kurniawa, Sekretaris Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PP Muhammadiyah pada (10/4) dalam acara Launching Sekolah Tani dan Studium General yang diadakan oleh Universitas Muhammadiyah Magelang (Unima).
Bachtiar menjelaskan, sepirit rahmatan lil alamin merupakan pegangan bagi Muhammadiyah sehingga tiap gerak langkah yang dilakukan oleh Muhammadiyah bisa dirasakan kemanfaatannya oleh semua kalangan.
“Kalau memikirkan diri sendiri itu Muhammadiyah baru rahmatan lil muhammadiyiin,” tutur Bachtiar.
Turunan dari sepirit rahamtan lil alamiin merupakan pencerahan yang salah satu aspeknya adalah pembebasan. Ia menjelaskan, aspek pembebasan yang dimaksud adalah membebaskan umat dan masyarakat dari kejumudan alam pikir, keyakinan dan lain sebagainya.
Hal itu dimaksudkan untuk memberikan orientasi hidup bagi masyarakat supaya lebih maju. Aspek selanjutnya dari pencerahan adalah upaya pemberdayaan. Aspek kedua ini merupakan lanjutan dari aspek sebelumnya, di mana pemberdayaan juga merupakan penguatan.
“Muhammadiyah ini menjadi fasilitator supaya masyarakat mampu berdiri, mampu menolong dirinya sendiri,” imbuhnya.
Dalam konteks masyarakat petani, upaya yang dilakukan oleh Muhammadiyah adalah berusaha untuk membedayakan mereka ke arah yang lebih sejahtera. Pemberdayaan yang dilakukan oleh Muhammadiyah tidak dilakukan sendiri atau one man show, tapi saling bersinergi dengan berbagai pihak.
“Dalam konteks petani, Muhammadiyah sejak muktamar di Malang, diputuskan salah satu konsen Muhammadiyah adalah memecahkan problem kehidupan secara langsung. Maka dibentuklah Majelis Pemberdayaan Masyarakat,” urainya.
MPM ditugasi oleh Muhammadiyah untuk menyelesaikan masalah masyarakat di akar rumput dengan melakukan intervensi terhadap persoalan hidup masyarakat dan mencari solusi, serta berkontribusi nyata dari Muhammadiyah.
Dalam catatannya, Bachtiar menyebut bahwa 60 persen penduduk Indonesia hidup sebagai petani secara luas. Masyarakat petani juga sebagai penyumbang terbesar angka kemiskinan di Indonesia, hal ini yang mendorong Muhammadiyah untuk masuk dan melakukan intervensi demi kesejahteraan petani melalui jihad kedaulatan pangan.
“Bersama-sama memajukan masyarakat, memajukan petani. Dalam hal ini bagaimana kita mencapai kesejahteraan dan kemakmuran petani kita. Petani yang kuat akan menjadikan Indonesia yang kuat juga dan Indonesia yang kuat adalah Indonesia yang kita cita-citakan dan harapkan bersama,” pungkas Bachtiar.