MUHAMMADIYAH.OR.ID, BANDUNG — Literasi dapat dipahami sebagai kemampuan seseorang dalam membaca dan menulis. Penanaman dan penguatan literasi sedini mungkin harus disadari karena menjadi modal utama dalam mewujudkan bangsa yang cerdas dan berbudaya. Sejalan dengan hal tersebut, Iyus Rusliana menuturkan bahwa budaya literasi bermanfaat dalam mewujudkan peran generasi muda dalam pembangunan negara.
“Dengan menulis, rekam ide dan gagasan tercipta dan tersedia. Bagaimana kita mengenal para ulama klasik karena dari karya-karya mereka. Kalau kampus tidak menulis atau tidak menciptakan gagasan, bukan kampus namanya,” tutur Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah (PWPM) Jawa Barat ini dalam acara yang disiarkan TvMu pada Rabu (12/01).
Di Pemuda Muhammadiyah, terang Iyus, budaya literasi sedang dibangun agar menjadi aktivitas mainstream di kalangan anak muda. Salah satu upayanya adalah menyelenggarakan sayembara menulis. “Kita memberikan award ke aktivis pemuda yang bergerak dalam bidang literasi,” kata Iyus.
Iyus juga menuturkan bahwa dirinya sering memberikan nilai tambah bagi mahasiswa yang aktif menulis di berbagai media. Seorang mahasiswa harus memiliki gagasan dan berani menawarkannya ke hadapan publik. Tidak hanya untuk mahaasiswa, masyarakat secara luas juga harus turut melek literasi. “Ini yang miskin di masyarakat kita yaitu miskin kesadaran kritis,” tambahnya.
Dengan membudidayakan literasi, maka akan memberikan kesadaran kritis terhadap khalayak sehingga lebih berdaya di hadapan media. Karenanya, ungkap Iyus, literasi hadir sebagai benteng bagi masyarakat agar kritis terhadap isi informasi, sekaligus menentukan informasi yang dibutuhkan publik.
“Soal vaksin misalnya, orang ribut dan menerima. Kalau seandainya lemah dari sisi literasi, tentu saja kita akan terbawa arus yang tidak benar. Kalau tradisi literasi kuat, bacaan kuat, maka tentu saja kita melakukan sesuatu berdasarkan ilmu,” pungkasnya.