MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA — Dalam Tafsir al-Tanwir, al-Baqarah ayat 124-129 membicarakan tentang nenek moyang bangsa Bani Israil yaitu Nabi Ibrahim. Nabi yang tergolong Ulul Azmi ini mendapat sekian banyak perintah dan larangan. Instruksi langsung dari Allah swt tersebut berhasil diselesaikan dengan baik oleh Bapak Para Nabi itu.
“Allah sampaikan kepada Nabi Ibrahim bahwa Allah akan mengangkat Nabi ini menjadi imam bagi seluruh umat manusia. Kata ‘imam’ dalam Tafsir At-Tanwir berarti yang terkemuka. Maksudnya, orang yang menjadi teladan,” terang Nur Kholis dalam Pengajian Tarjih pada Rabu (27/01).
Nabi Ibrahim diangkat oleh Allah menjadi Imam setelah sukses menyelesaikan segala ujian. Karena itu, terang Nur Kholis, kepemimpinan itu selain keimanan, ketakwaan, dan pengetahuan yang luas, tetapi juga harus melewati beragam ujian. Penyelesaian ujian ini akan menentukan kesanggupan seorang pemimpin dalam menjadi panutan bagi masyarakat. Jadi pemberian ujian dari Allah kepada Nabi Ibrahim semacam fit and proper test.
“Kalau kita meyakini bahwa Allah berfirman kepada Nabi Ibrahim yang akan mengangkatnya menjadi imam ini setelah keberhasilannya menyelesaikan seluruh ujian, termasuk menyembelih putranya, berarti memang bukan lagi teoritis melainkan praktis,” tutur dosen Universitas Ahmad Dahlan ini.
Selain itu, QS. Al-Baqarah ayat 124 juga menjelaskan bahwa kepemimpinan tidak terkait dengan keturunan, kelompok, dan agama. Allah menegaskan bahwa kepemimpinan itu harus jatuh pada orang yang tepat dan kompeten. “Kepemimpinan itu tidak bisa dipegang oleh orang-orang dzalim,” tambahnya.