MUHAMMADIYAH.ID, JAKARTA – Jelang tutup tahun 2020, tren Islam konservatif masih mendominasi jagad maya Indonesia. Rilis penelitian PPIM UIN Jakarta 16 November 2020 menyebutkan 67,2 persen dengung konservatisme mengalahkan dengung moderasi Islam yang hanya mencapai angka 22,2 persen.
“Ini bukan berarti umat Islam Indonesia konservatif. Ini hanya ukuran wacana di media sosial saja. Di dunia nyata, kita punya NU dan Muhammadiyah yang mayoritas moderat,” syukur Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama RI Kamaruddin Amin, Kamis (17/12).
Meski hanya dominan di dunia maya, Kamaruddin Amin menganggap Islam tengahan mayoritas seperti NU maupun Muhammadiyah tidak boleh lengah. Sebab menurutnya, jika Islam moderat lengah dan pasif maka dominasi wajah Islam Konservatif akan beralih dari dunia maya ke dunia nyata.
Dalam acara Dialog Isu-isu Kebimasislaman di Hotel Aston Kartika Jakarta, Kamarudin berharap pegiat dakwah, tokoh moderat, maupun media masa milik NU atau Muhammadiyah lebih giat menyuarakan moderasi Islam di dunia maya.
Tantangan Bagi Lembaga Dakwah Khusus Muhammadiyah
Konservatisme adalah pandangan kaku yang membaca dalil agama secara letterlijk tanpa ada pemaknaan kontekstual. Konservatisme Islam sebenarnya bukan gejala lokal. Hampir semua agama termasuk Kristen mengalami gejala konservatisme.
Menyinggung gejala itu, Kamaruddin Amin secara objektif memuji cara-cara kelompok konservatif yang mampu menggaet para mad’u (objek dakwah) secara efektif melalui media sosial, pendekatan dakwah berbasis passion (minat) dan cara-cara milenial yang tidak terpaku pada cara-cara lama seperti masjid, mimbar, atau pengajian.
“Medium seperti ini ternyata sangat efektif. Jika kelompok moderat tidak menggunakan pendekatan yang nyambung dengan anak muda, maka akan ditinggal padahal anak muda jumlahnya paling besar di Indonesia. Penceramah perlu diberikan literasi media,” ungkapnya.
Dalam kaitannya dengan dakwah berbasis komunitas, Muhammadiyah sejatinya memiliki Lembaga Dakwah Khusus (LDK) yang menjalankan misi dakwah pada objek yang spesifik. Selama ini LDK menggarap dakwah pada komunitas suku di pedalaman dan daerah terluar seluruh Indonesia.
Akan tetapi, gaung LDK di komunitas perkotaan dan anak muda nampak tidak begitu terdengar dibandingkan dengan komunitas pengajian artis yang sedang kekinian.
Padahal, Ketua LDK PP Muhammadiyah Muhammad Ziyad pada forum di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah Jakarta (9/5/2018) sempat bercerita bahwa perintis dakwah perkantoran di kota besar seperti Jakarta adalah tokoh besar Muhammadiyah Kiai AR Fakhruddin. (afn)