MUHAMMADIYAH.ID, JAKARTA – Sekretaris Umum PP Muhammadiyah mengaku tidak ambil pusing terhadap anggapan masyarakat awam yang menilai gerakan Amar Makruf Nahi Munkar Muhammadiyah terkesan lembek.
Abdul Mu’ti menegaskan bahwa sekalipun Muhammadiyah hadir adalah dalam rangka gerakan Amar Makruf Nahi Munkar, tetapi konsep itu wajib dilakukan secara tajdid (mencerahkan).
“Karena itu Muhammadiyah tidak pernah memaknai Amar Makruf Nahi Munkar sebagai gerakan kekerasan seperti yang selama ini banyak kita saksikan. Walaupun sebagian orang di Muhammadiyah (bilang) gerakan kok terlalu lembut, lembek, karena mereka menganggap yang keras itu yang berani,” ujarnya dalam Muhasabah Akhir Tahun Angkatan Muda Muhammadiyah, Kamis (31/12).
Perbedaan cara pandang dalam memahami ketentuan agama, menghasilkan cara yang berbeda pula dalam soal amal, begitu pula dalam pemahaman mengenai konsep pokok di dalam Islam berupa Amar Makruf Nahi Munkar.
Tanpa menyalahkan cara pihak lain dalam menerjemahkan Amar Makruf Nahi Munkar, Abdul Mu’ti menegaskan bahwa bagi Muhammadiyah yang ingin mewujudkan Islam sebagai Dinul Hadharah (agama peradaban) memang semestinya mengedepankan cara yang sesuai dengan misi peradaban itu, yaitu dengan ilmu dan hikmah.
“Di sinilah perbedaan Muhammadiyah dengan gerakan-gerakan pada umumnya yang cenderung memaknai Amar Makruf Nahi Munkar yang aktivismenya bernuansa kekerasan, bahkan kemudian berbagai sikap ekstrim baik dalam beragama maupun dalam berperilaku sosial,” jelasnya.
“Karena itulah Muhammadiyah sejak awal bergerak dalam bidang pendidikan, berusaha membangun masyarakat ilmiah,” tambahnya.
“Nahi Munkar itu mencegah kemunkaran, melawan sesuatu yang strange, asing. Maka Nahi Munkar mencegah supaya manusia senantiasa tetap berperilaku pada apa yang sudah menjadi kesepakatan umum dan kebaikan-kebaikan yang diterima luas oleh masyarakat,” tegas Abdul Mu’ti. (afn)