MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA – Keberadaan wakaf produktif dalam bentuk uang dapat menciptakan kemaslahatan optimal. Misalnya, pembentukan dana abadi bagi pendidikan, kesehatan, dan aspek sosial lainnya.
Menurut Sekretaris Majelis Pemberdayaan Wakaf PP Muhammadiyah, Mashuri Masyhuda, Persyarikatan memiliki potensi yang besar untuk menggarap aspek ini. Utamanya oleh pimpinan Persyarikatan hingga para simpatisan Muhammadiyah. Namun perlu keteladanan langsung dari tokoh-tokoh Persyarikatan.
“Pimpinan perlu memberikan keteladanan bukan sekadar himbauan. Misalnya wakaf produktif dan uang. Semua struktur pimpinan dari pusat sampai daerah yang pegang SK Pimpinan perlu memberikan keteladanan misalnya autodebet (sistem pembayaran otomatis) 50 ribu rupiah,” ujarnya.
Jika wakaf bentuk ini dapat terlaksana rutin setiap bulan lewat autodebet, Mashuri yakin Muhammadiyah mampu berbuat lebih banyak.
“Pengurus Unsur Pembantu Pimpinan saja jumlahnya 1500 orang di Pusat. Itu belum pimpinan tingkat wilayah sampai ranting. Resource kita cukup besar. Tentu infrastruktur wakaf produktif perlu disiapkan,” imbuhnya.
Dalam Program Teras di youtube TVMU, Ahad (14/5), Mashuri menyebut salah satu manfaat gerakan ini adalah pembentukan dana abadi. Sehingga misalkan ada kader yang terkendala ekonomi dalam menutup biaya kesehatan maupun biaya pendidikan dapat terbantu. Termasuk dapat digunakan untuk mengembangkan AUM yang sedang merangkak.
“Namun setiap yang diimpun segera dilaporkan progressnya seperti apa sehingga orang (yang berwakaf) semakin bersemangat,” kata dia.
“Perlu keteladanan dari pimpinan, disiapkan regulasi aturannya, disiapkan infrastrukturnya, lalu ada gerakan dan selalu diingatkan,” imbuh Mashuri.
“Kami berharap secara struktural pimpinan pusat sampai pimpinan ranting misalnya melakukan gerakan bersama-sama untuk sadar bahwa gerakan wakaf ini penting untuk pembangunan umat dan peradaban bangsa,” tegasnya.
Senada dengan Mashuri, Dewan Pakar Majelis Pemberdayaan Wakaf PP Muhammadiyah, Prof Dr. Raditya Sukmana mengandaikan jika gerakan ini mirip dengan iuran, namun dikerjakan secara relatif tergantung kemampuan ekonomi dan rutin dilaksanakan setiap bulan secara autodebet.
Namun, dirinya menyadari bahwa untuk menjadi gerakan, maka perlu sinergi dari berbagai elemen di Persyarikatan. Sehingga wakaf produktif nantinya tidak hanya berupa aset modal dan aset kapital, tapi juga ilmu kepakaran yang dimiliki oleh kader-kader Persyarikatan.
“Kalau sebuah komponen mobil sport sudah paling tinggi kualitasnya, namun dipisah-pisah tidak akan jadi mobil. Kalau dirakit baru bisa kelihatan kekuatannya, maka harus ada sinergi. Inilah kemudian kapital sosial dan ilmu yang tersebar mari kita sama-sama satukan untuk mendukung di Muhammadiyah,” pungkasnya. (afn)
Hits: 289