MUHAMMADIYAH.OR.ID, GRESIK—Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG) beberapa waktu lalu kehilangan rektornya, Eko Budi Leksono yang meninggal di usia yang ke-49 tahun. Melanjutkan tampuk kepemimpinannya, Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah melantik Rektor Pengganti Antar Waktu (PAW), Nadhirotul Laily.
Ketua PP Muhammadiyah, Syafiq Mughni dalam sambutan di acara Pelantikan, Sabtu (24/9) mengatakan pergantian kepemimpinan dilakukan dengan seksama dan secepatnya agar tidak terjadi kekosongan kepemimpinan.
Selain itu dia juga mengapresiasi karena yang dilantik sebagai rektor adalah perempuan. Hal itu meski bukan yang pertama, tapi masih langkah rektor perempuan di Perguruan Tinggi Muhammadiyah.
Melihat kapasitas Nadhirotul Laily yang merupakan psikolog, Syafiq percaya itu akan membawa kebaikan UMG secara rohani dan jasmani, termasuk juga urusan-urusan lain bakal bisa lebih baik. Selain itu juga, kemampuan rektor baru akan diuji terkait dengan menjalin komunikasi dengan pihak eksternal Muhammadiyah dalam bersinergi menuju masa depan yang lebih baik.
“Kita semua berharap UM Gresik ini bisa melaju dengan cepat, karena di dalam Muhammadiyah kita selalu menanamkan ruh fastabiqul khairat itu,” ungkapnya.
Syafiq pada kesempatan ini mengajak kepada seluruh civitas akademika untuk memiliki komitmen ideologis kepada Persyarikatan Muhammadiyah. Ini diperlukan supaya ketika berlomba dalam kebaikan dengan PTMA lain bukan bertujuan ingin menjatuhkan, tetapi ingin mengajak dalam kebaikan.
“Karena itulah kita diikat dalam sebuah persyarikatan yang sudah memiliki perangkat ideologis, memiliki aturan yang cukup mapan, maka inilah yang menjadi komitmen bersama,” imbuhnya.
Tidak cukup hanya dengan komitmen ideologis saja, Syafiq menjelaskan bahwa juga harus dibarengi dengan kemampuan manajerial supaya menjadi universitas yang maju dan kebanggan. Kemampuan manajerial universitas akan menjadi nilai lebih dalam mengembangkan dakwah persyarikatan dan tentunya menjadi kebanggan daerah asal.
“Yang ketiga adalah bagaimana kita mengembangkan wawasan dari seluruh pimpinan universitas tentu cakrawala kepemimpinannya harus luas, tidak hanya dibatasi oleh lingkungan kampus, tetapi memiliki wawasan global-mendunia”. Tuturnya.
Cakrawala pengetahuan tidak boleh dibatasi territorial. Hal itu senada dengan tema Muktamar ke-48 Muhammadiyah-‘Aisyiyah “Memajukan Indonesia, Mencerahkan Semesta”. Interaksi global saat ini memerlukan tiga hal di atas yaitu komitmen ideologi, kemampuan manajerial dan pengembangan wawasan yang melintasi territorial.