MUHAMMADIYAH.OR.ID, ENREKANG—Musyawarah Wilayah (Musywil) Muhammadiyah Sulawesi Selatan (Sulsel) telah purna dilaksanakan. Ambo Asse kembali menahkodai Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulsel untuk periode 2022-2027. Acara penutupan dilaksanakan di Gedung Gabungan Dinas-Dinas Kabupaten Enrekang pada Ahad (05/03). Ketua PP Muhammadiyah Agung Danarto menutup rangkaian Musywil Muhammadiyah Sulsel secara resmi.
Sebelum menutup acara, Agung menyampaikan beberapa pesan. Menurutnya, tradisi pemilihan di Muhammadiyah tidak mensyaratkan kuantitas voting. Siapa yang memiliki jumlah voting terbanyak, tidak otomatis menjadi pimpinan. Aspek terpenting sesungguhnya tidak terletak pada banyak tidaknya suara, melainkan musyawarah yang penuh keadaban. Musyawarah merupakan jalan paling maslahat dalam menentukan hajat hidup orang banyak.
“Dalam memilih pimpinan, tidak harus suara terbanyak kemudian menjadi ketua. Aspek terpenting ialah dimusyawarahkan dengan baik, karena permusyawaratan adalah sebaik-baik cara untuk menyelesaikan satu permasalahan,” ucap Agung.
Agung kemudian berpesan tentang pentingnya menjaga ruh Islam dalam menjalankan amal usaha. Biarpun Muhammadiyah memiliki puluhan ribu amal usaha, namun bila tidak didasari dengan ruh Islam, maka akan menjadi deretan gedung tanpa nyawa. Baik pimpinan, kader, maupun pegawai Muhammadiyah penting menjaga nilai-nilai keislaman. Karena ruh Islam itulah, Muhammadiyah dapat berkembang baik secara kuantitas maupun kualitas.
“Alhamdulilah di antara kita insyaAllah masih terjaga (ruh keislaman). Kalau ini tidak dijaga, tidak dipelihara, diteruskan dan dikembangkan, gejala-gejala demoralisasi dan penurunan kualitas keberislaman Muhammadiyah ini sudah mulai nampak. Karenanya, mari ini jadi perhatian kita semua,” tutur Agung.
Agung mendorong agar amal usaha yang bergerak di bidang pendidikan terutama pesantren menjadi benteng terakhir yang merawat paham Islam berkemajuan. Kehadiran pesantren Muhammadiyah mesti melahirkan generasi terpelajar yang dapat menciptakan kemashalatan publik. Selain itu, ia juga berharap menciptakan deretan muballigh yang siap menjadi anak panah untuk menyebarluaskan paham Islam yang diyakini Muhammadiyah.
“Sebagai pusat kaderisasi Muhammadiyah, tentu harus menggencarkan bagaimana kaderisasi yang ada di pesantren-pesantren kita untuk betul-betul menjadi muballigh handal. Bukan hanya mampu ceramah, tapi juga mampu untuk mengembangkan Persyarikatan Muhammadiyah,” kata Agung.
Tidak hanya untuk pesantren, lembaga pendidikan Muhammadiyah yang lain seperti sekolah dan perguruan tinggi, mesti menjadi duta-duta Persyarikatan untuk masyarakat. “Setiap lulusan (lembaga pendidikan Muhammadiyah) kita bersaing (secara sehat fastabiqulkhairat) dengan salafi, wahdah, ad-dakwah, termasuk dengan kelompok tradisional,” pesan Agung.
Hits: 81