MUHAMMADIYAH.OR.ID, MANADO—Sekretaris PP Muhammadiyah Agung Danarto mengatakan bahwa seremoni Milad Muhammadiyah ke-109 Kamis kemarin (18/11) menjadi penanda agenda persyarikatan pada abad kedua, di antaranya: internasionalisasi gerakan, digitalisasi dakwah, dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Internasionalisasi Muhammadiyah ditandai dengan penandatanganan prasasti Universiti Muhammadiyah Malayasia (UMAM) dan Muhammadiyah Australia College. Dengan kehadiran dua kampus itu berarti langkah internasionalisasi Muhammadiyah di manca negara telah dimulai. Hal ini juga dapat dimaknai sebagai perluasan gerakan mencerdaskan kehidupan bangsa dan pengembangan pendidikan tinggi di ranah global.
“Kehadiran Universiti Muhammadiyah Malayasia (UMAM) dan Muhammadiyah Australia College menjadi penanda bahwa Persyarikatan Muhammadiyah mulai go internasional. Ini cukup membanggakan bagi kita,” kata Agung dalam acara yang diselenggarakan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Utara pada Sabtu (20/11).
Selain internasionalisasi gerakan, Muhammadiyah juga sedang merintis digitalisasi dakwah Islam Berkemajuan. Hal tersebut ditandai dengan penandatangan prasasi Universitas Siber Muhammadiyah (SiberMu). Kehadiran SiberMu membuktikan bahwa Muhammadiyah sangat mengerti akan kondisi kekiniaan yang mana setiap generasi muda memerlukan kecakapan digital termasuk penguasaan media sosial. Pasalnya, pada masa mendatang kecakapan digital sangat diperlukan oleh setiap anak bangsa.
“Kehadiran Universitas Siber Muhammadiyah diharapkan mampu dan dapat berperan penting untuk bisa menjadi mediator sekaligus memenuhi kebutuhan para cendekiawan muda yang memiliki penguasaan teknologi digital secara mumpuni,” tutur Agung.
Selain internasionalisasi dan digitalisasi, penanda agenda gerakan Muhammadiyah pada abad kedua ialah keinginan untuk terlibat langsung dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Pada acara milad kemarin, Muhammadiyah mendirikan Dasron Hamid Research and Innovation Center sebagai wadah pengembangan ilmu pengetahuan sekaligus memberikan penghargaan kepada para ilmuwan yang telah berjasa dalam kerja-kerja akademis.
“Muhammadiyah punya tiga wakil yakni Prof. Agus Setyo Muntohar, Tole Sutikno, dan Muhammad Nurdin, yang masuk dalam jajaran 2% saintis yang berpengaruh di dunia. Kita juga punya Susanti dan Ahmad Najib Burhani yang telah lama bergelut di dunia penelitian. Semoga ini jadi penanda Muhammadiyah abad kedua untuk terlibat langsung dalam pengembangan ilmu pengetahuan,” ungkap Agung.