MUHAMMADIYAH.OR.ID, SRAGEN – Hadirnya lebih kurang dua juta orang dalam perhelatan puncak musyawarah tertinggi di Persyarikatan, yakni Muktamar Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah ke-48 di Solo, November 2022 menghidupkan gairah UMKM, salah satunya dalam bidang kuliner.
Dari berbagai jenis kuliner yang ada, ternyata masakan tengkleng menjadi menu favorit peserta Muktamar. Hal ini terungkap setelah Sekretaris Panitia Muktamar, Bambang Sukoco menyerahkan Piagam penghargaan kepada pemilik Warung Radja Tengkleng’s Sragen, Eko Wijiyono, Selasa (3/1).
Warung Radja Tengkleng’s Sragen memperoleh dua penghargaan dari panitia Muktamar. Yaitu penghargaan sebagai vendor acara muktamar dan sebagai menu terfavorit peserta muktamar.
“Pelaksanaan muktamar sukses dan salah satunya di-support oleh seksi konsumsi yang mengambil total sembilan vendor dan Warung Radja Tengkleng’s salah satunya. Kami memberi apresiasi khusus bagi warung ini karena menyediakan menu paling favorit peserta muktamar,” ujar Bambang.
Warung yang berlokasi di Taman Asri, Kroyo, Karangmalang, Sragen, ini menghabiskan total 300 kambing untuk menjamu 5.000 peserta muktamar.
Menurut Bambang, Radja Tengkleng’s menyediakan total 70 kuali tengkleng dari 300 ekor kambing selama tiga hari pekaksanaan muktamar. Menu ini khusus disajikan untuk 5.000 peserta muktamar.
“Kalau untuk delegasi penggembira disediakan dapur umum dan melarisi usaha mikro kecil dan menengah yang banyak tersebar di wilayah Soloraya,” jelasnya.
Senagai menu terfavorit, tengkleng kambing diharapkan lebih mendunia lagi sebagai salah satu menu alternatif tradisional kekayaan nusantara. Apalagi ada banyak utusan delegasi dari luar negeri selama mukmatar lalu yang ikut menikmati menu yang disajikan Radja Tengkleng’s.
Sementara itu, pemilik Warung Radja Tengkleng’s Sragen, Eko Wijiyono mengaku pihaknya menggandeng Pemuda Muhammadiyah dari Tulungagung, Blitar, dan Yogyakarta untuk penyajian tengkleng selama pelaksanaan muktamar.
“Tentunya satu kebanggan dipercaya sebagai vendor dan meraih penghargaan menu terfavorit muktamar. Ini menandakan tengkleng sudah diterima dan dinikmati sebagai kekayaan kuliner negeri,” ujarnya.
Menurut Eko, selama pelaksanaan muktamar lalu, dirinya menghabiskan sampai 300 ekor kambing. Sebenarnya tengkleng yang disediakan dirasa masih kurang karena tengkleng selalu habis pertama diserbu peserta muktamar.
“Keistimewaan tengkleng disukai orang yang datang ke Solo Raya. Kami menyajikan varian baru dengan cita rasa berbeda, lebih empuk, dan bisa disruput. Sekarang banyak pesanan masuk dari Wonogiri, Klaten, dan Yogyakarta,” tambahnya.
Tengkleng sendiri adalah masakan sejenis sup dengan bahan utama tulang kambing. Sejarah tengkleng konon menurut para tetua di kota Solo hanya para bangsawan dan orang-orang Belanda saja yang bisa menikmati masakan daging kambing. Hanya kepala, kaki, dan tulang saja yang tersisa untuk pekerja dan tukang masak. (afn)
Hits: 137