MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA – Menurut Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Saad Ibrahim ekonomi sebagai pilar ketiga gerakan dakwah Muhammadiyah hasil dari Muktamar 47 tidak bisa dilepaskan dari nilai-nilai ketauhidan dan bernilai kemanusiaan.
Dalam tausiyahnya di acara Peluncuran Platform Asuransi ProtekMu, oleh PT SAF badan usaha milik Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan (ITB AD) Jakarta pada, Selasa (4/4), Saad menyampaikan bahwa konsekuensi logis dari nilai ketauhidan adalah memanusiakan manusia.
Mantan Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur (Jatim) ini menuturkan, bahwa tauhid murni merupakan puncak dari wawasan Islam Berkemajuan, sehingga setiap gerakan yang dirumuskan dan dihasilkan oleh Muhammadiyah tidak bisa berlepas dari tauhid.
Tauhid dalam Muhammadiyah tidaklah pasif, melainkan aktif. Konsep tauhid bagi Muhammadiyah didalamnya juga terkandung aspek kemanusiaan. Sehingga ketauhidan Warga Muhammadiyah memiliki dampak dan dimensi sosial untuk membangun kemanusiaan.
“Maka jangan menjadikan orang lain lebih rendah, karena itu bertentangan dengan tauhid karena yang di atas itu hanya Allah SWT. Karena itu tauhid ini terkait dengan prinsip keadilan,” ungkap Saad.
Sebaliknya, kesyirikan yang ada pada diri seorang hamba akan melahirkan sikap ketidakadilan. Menurut Saad, konsep tauhid yang dipahami oleh Muhammadiyah memiliki relevansi jika diletakkan pada ruang atau diskursus ekonomi sebagai pilar gerakan Muhammadiyah.
Pasalnya, ekonomi yang diusahakan oleh Muhammadiyah adalah untuk meninggikan derajat kesejahteraan manusia secara merata. Hal itu selaras dengan perintah dalam Al Qur’an tentang dilarangnya perputaran ekonomi hanya di lingkaran elite kuasa saja.
Pemajuan ekonomi umat, menurutnya akan menghindarkan umat dari perbuatan-perbuatan yang zalim atau dilarang oleh Agama Islam. Di sisi lain, kemajuan ekonomi yang memotong kesenjangan kelas sosial juga adakan berimplikasi pada perbaikan persatuan dan kesatuan bangsa.
Menurutnya, memajukan ekonomi umat sehingga menciptakan masyarakat maju bisa dimulai dari perubahan mindset optimis. Dalam konteks ekonomi – bisnis, sikap optimis perlu dibangun dan dikuatkan.
Karena menggantungkan ekonomi – bisnisnya kepada Allah SWT, maka Muhammadiyah senantiasa meyakini bahwa ‘bertranskasi’ dengan Allah SWT tidak akan pernah rugi, walaupun rugi nanti akan diganti oleh Allah dengan hal yang lebih baik.
Hits: 246