MUHAMMADIYAH.ID, RIAU – Islam memandang silaturahmi adalah cara untuk merawat persaudaraan. Barangsiapa ingin panjang umur dan lapang rezeki, dalam hadis dinasihatkan untuk melakukan silaturahmi.
Bagi kalangan Persyarikatan, silaturahmi menurut Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir hendaknya bukan sebatas ritual tahunan dalam momentum halalbihalal saja.
Tapi, silaturahmi dimaknai dalam makna yang hakiki, yakni menghapus dendam dan menumbuhkan kasih sayang.
“Maka silaturahmi itu kita maknai mengikat kembali persaudaraan kita secara ruhani,” terang Haedar dalam Silaturahmi Syawal 1442 Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Riau, Rabu (2/6).
“Silaturahmi itu bukan sekadar menyambung apa yang sudah terbiasa bersambung, tapi menyambung apa yang terputus. Jadi kalau ada retak di antara kita dan itu wajar dalam berorganisasi, antar personal, lini organisasi, antar bagian, mari di silaturahmi ini kita sambung kembali,” tutur Haedar.
Masing-masing pihak baik yang meminta maaf atau yang memberikan maaf menurutnya juga harus belajar menekan ego pribadi.
“Begitu juga yang memberi maaf harus belajar tanpa diminta. Tapi kuncinya di hati, mendobrak sangkar besar hati kita yang ego, yang ananiyahnya tinggi,” pesan Haedar.
Mengutip Al Hujurat ayat 10, Haedar Nashir meyampaikan bahwa Allah mencintai orang yang saling mengasihi, saling memaafkan dan hati yang damai.
“Jadi mendobrak sangkar besi yang egonya tinggi itu penting dalam silaturahmi. Insyaallah kita akan dapat berkah, tapi menyerukan itu demi meraih kerahiman (kasih sayang) Allah,” pungkas Haedar.