MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA – Keberadaan masjid sebagai pusat keilmuan Islam telah mengalami reduksi fungsi, bahkan saat ini masjid terkesan hanya menjadi tempat ibadah sesaat misalnya solat fardu lima waktu.
Abdul Mu’ti, Sekertaris Umum PP Muhammadiyah meyebut kondisi tersebut telah menjadi kendala bagi daerah perkotaan dengan modernisasi masjid justru membuat orang (jamaah) kadang-kadang murni hanya sebagai tamu ketika di masjid sehingga tidak ada rasa memiliki masjid.
“Ketika semuanya menjadi modern menjadi terstruktur akhirnya mereka (jamaah) masuk ke masjid datang sebagai tamu juga mungkin ikatan jamaahnya atau kohesifitasnya sebagai umat juga kurang,” kata Mu’ti, pada (28/1).
Menurutnya, gambaran ini seperti ditulis Kuntowijoyo dalam buku Muslim tanpa Masjid (2001) yang meyebutkan, mereka (umat) masih sholat tetapi kedekatan atau atribusi generasi sebaya menjadikan masjid sebagai pusatnya menjadi berkurang dengan adanya modernisasi masjid.
Sehingga kata Mu’ti kondisi ini membuat hubungan keumatan menjadi renggang seperti disebutkan dalam novelnya A.A. Navis Robohnya Surau Kami (1956). Dimana, mereka masih tetap solat tetapi ikatan keumatannya tidak cukup kuat sehingga mudah disekali dipecah dan mudah sekali mengalami fragmentasi –fragmentasi terutama kalau ada perbedaan-perbedaan furu’iyah atau atau masalah agama atau dalam bidang muamalah kaitannya dalam bidang politik.
“Karena itu, menurut saya modernisasi masjid tetap harus kita bangun di atas konstruksi umat harus,” kata Mu’ti memberikan sarannya.
Kontruksi yang dimaksud adalah berkaitan dengan aspek teologis dan historis bagaimana menjadikan masjid memiliki peran penting dan kedudukan utama dalam pembinaan masyarakat dalam berbagai bidang.
Pentingnya memfungsikan masjid secara historis sebagai pusat pembelajaran kata Mu’ti pernah disinggung Pemikir Islam Moderni, Fazlur Rahman dalam Islam and Modernity (1984) yang menyebut perkembangan dan transmisi keilmuan keislaman klasik itu dimulai dari masjid.
“Saya kira perna-peran itu penting dan memang bisa kita lihat bagaimana Nabi Muhammad mampu menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan termasuk sebagai upaya untuk bagaimana melihat kesejahteraan umat,” kata Mu’ti.
Saran ini disampaikan Abdul Mu’ti saat menjadi Narasumber Mudzakarah Tematik “Revitalisasi dan Optimalisasi Fungsi Masjid sebagai Sarana Pendidikan Ulama” yang dilaksanakan Bidang Pendidikan dan Pelatihan Badan Pelaksanan Pengelola Majid Istiqlal (BPMI) pada, Kamis 28 Januari 2021.