MUHAMMADIYAH.OR.ID, BANTUL– Sekarang ini, bangsa Indonesia dan seluruh bangsa-bangsa lain di seluruh dunia sedang tidak baik-baik saja. Menurut Agung Danarto, ini disebabkan adanya pandemi covid-19 yang melanda dunia lebih dari 1 tahun dan tidak tahu kapan berakhirnya.
Menyikapi pandemi ini, tegas Agung, Muhammadiyah berada pada posisi yang jelas sebagai bagian solusi dan menyakini bahwa covid-19 ini adalah virus yang berbahaya dan terbukti telah menghilangkan banyak nyawa manusia. Keyakinan ini didasarkan pada kajian-kajian yang dilakukan oleh para ahli.
“Waktu pemerintah menetapkan bahwa virus corona telah masuk ke Indonesia, maka dalam waktu yang tidak terlalu lama, dalam mingu itu juga PP Muhammadiyah menyelengarakan rapat pleno yang diperluas. Menghadirkan ulama Tarjih Muhammadiyah, dan menghadirkan para ahli kesehatan baik yang dimiliki Muhammadiyah atau dari tempat lain,” tutur Agung
Sekretaris PP Muhammadiyah ini melanjutkan, dari rapat pleno yang diperluas tersebut dan mendengar masukan dari para ahli, Muhammadiyah menyakini bahwa virus covid-19 ini harus ditanggulangi supaya tidak menyebar lebih luas dan membahayakan masyarakat luas.
Dalam Refleksi Milad Muhammadiyah ke 112 H, yang diselengarakan oleh PD Muhammadiyah Bantul pada (17/7) ini Agung menceritakan, meski di masa awal para pejabat publik tidak percaya dan terlalu percaya diri bahwa virus ini tidak masuk ke Indonesia, namun hal itu tidak menggoyahkan keyakinan Muhammadiyah.
Agung menjelaskan, menyadari virus ini berbahaya dan mengancam keselamatan jiwa, maka Muhammadiyah mengambil peran dalam menjaga jiwa (hifdzun nafs) sebagai implementasi maqasid al syari’ah atau maksud dan tujuan syariah. Karena menjaga jiwa itu merupakan aspek yang paling tinggi dan dhorury.
Sementara itu, terkait dengan cara Muhammadiyah memandang bencana, Agung menjelaskan bahwa Muhammadiyah dalam memandang bencana bukan sebagai adzab, melainkan sebagai ujian. Dalam bingkai ini, dapat dibedakan cara pandang pemahaman klasik dengan yang baru seperti Majelis Tarjih Muhammadiyah.
“Ketika Bantul terjadi gempa bumi, kemudian banyak yang meningal dunia, dalam frame klasik maka dikatakan itu merupakan adzab karena orang-orangnya banyak melakukan maksiat-pendosa semua. Tapi frame barunya adalah kehendak Allah, peristiwa alam yang selalu terjadi. Sehinga melihat itu bukan sebagai adzab, tapi sebagai ujian,” urai Agung
Hits: 4