MUHAMMADIYAH.ID, BANJARNEGARA– Berhasil singkirkan ribuan pendaftar, Rumah Mocaf Indonesia, dampingan Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Banjarnegara lolos 3 besar Anugerah Bangga Buatan Indonesia yang diadakan oleh Kemenparekraf dan 7 kementerian lain.
Founder dan CEO Rumah Mocaf, Riza Azyumarridha Azra mengaku senang produknya bisa tembus sampai 3 besar. Menurutnya keberhasilan ini adalah sebuah kehormatan bagi kami yang tengah berikhtiar menjadikan olahan singkong dengan brand Mocafine cassava flour untuk mewujudkan kedaulatan pangan nasional.
“Melalui Mocafine kami ingin mengkampanyekan bahwa nasionalisme bisa dimulai dari perut. Karena kita bangga dengan buatan Indonesia,” Ucap Riza melalui keterangan tertulis yang diterima reporter muhammadiyah.id pada (21/11).
Singkong yang selama ini dianggap sebagai bahan makanan alternatif, harus diubah imagenya. Dengan latar belakang Indonesia sebagai negara pengekspor singkong terbesar kedua setelah Brazil, menurut Riza, Singkong harus berjaya di negerinya sendiri.
Kemudian dengan azas sociopreneurship, ia berhasil menggangkat singkong menjadi bahan makanan utama pengganti tepung terigu. Karena tepung mocaf yang berbahan dasar singkong ini kualitasnya sama dengan tepung trigu. Selain itu, Rumah Mocaf Indonesia juga berhasil menganggkat kesejahteraan petani singkong.
“Singkong sebenarnya menjadi potensi yang luar biasa, namun singkong dijual dengan harga murah dan hanya dijadikan sebagai bahan makanan alternatif. Padahal singkong bisa diolah menjadi mocaf yang memiliki gizi tinggi,” imbuhnya.
Mengingat saat ini mayoritas makanan berbahan dasar tepung terigu, tepung mocaf ini patut untuk diproduksi secara massal. Sehingga Indonesia tidak perlu lagi mengimpor gandum untuk dijadikan tepung terigu. Dan Indonesia bisa berdaulat pangan, karena singkong menjadi primadona di negeri sendiri.
“Mocaf ini bisa menjadi solusi dari permasalahan harga singkong dan permasalahan ketahanan pangan yang tidak harus impor,” kata Riza
Dalam menjalankan bisnis yang berazas sociopreneur, Riza membagi proses mocaf menjadi tiga klaster. Pertama mendorong petani singkong lokal untuk tetap produktif, sehingga kesejahteraan meningkat. Kedua, memberi peluang bagi ibu-ibu sekitar untuk berpenghasilan dan membantu ekonomi keluarga.
Dan yang ketiga memberdayakan anak muda untuk ikut aktif dalam proses packaging, sehingga kemasan lebih menarik dan mampu menembus pasar ekspor. Ketiga klaster ini dimaksudkan untuk menyamaratakan keuntungan antara petani, kelompok ibu, dan anak muda.
“Pokoknya kita harus berderap, karena selama rakyat masih menderita tidak ada kata istirahat sampai petani singkong bisa berdaulat,” ucapnya.
Sementara itu, terkait dengan konsep sociopreneur, Riza mengaku terinspirasi dari gerakan yang dilakukan oleh KH. Ahmad Dahlan yang telah menjalankan konsep sociopreneur, dan terbukti konsep tersebut telah berjalan selama 108 tahun. Ia menambahkan, saat ini telah mampu memproduksi sebanyak 10 ton tepung mocaf untuk memenuhi pasar lokal dan ekspor.
Hits: 34