MUHAMMADIYAH.ID, SULAWESI UTARA – Sosiolog UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Azyumardi Azra menganggap Muhammadiyah imun dari berbagai ancaman karena sistemnya yang telah mapan.
Meskipun demikian, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir berpesan kepada para penggerak dan warga Persyarikatan untuk terus memperkuat sistem dengan menginternalisasi ideologi Muhammadiyah.
Ideologi yang dimaksud Haedar adalah dokumen Langkah 12 Muhammadiyah (1938), Muqadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah (1946), Kepribadian Muhammadiyah (1962), Matan dan Keyakinan Muhammadiyah (1969), Khittah Muhammadiyah (1969, 1971, 1978, 2002), Pedoman Hidup Islami (2000), Visi Karakter Bangsa (2007), Indonesia Berkemajuan (2015), Negara Pancasila Darul Ahdi wa Syahadah (2015), Dakwah Kultural (2002) bersama dokumen Muktamar lainnya.
“Kenapa sistem itu kuat? Karena itu dihidupkan oleh dirinya. Maka kita bikin sistem itu bagus. Ada good governance, ada amanah, tabligh, sidiq, fathanah itu dilembagakan dalam sistem. Selain menjadi etika, menjadi akhlak tapi dilembagakan menjadi sistem,” kata Haedar dalam forum Pendataan dan Pembinaan Masjid-Mushola Muhammadiyah se-Sulawesi Utara, Ahad (27/6).
“Muhammadiyah itu good governance-nya kan hebat itu, sampai di setiap Muktamar, Musywil, Musyda sampai Musyran itu ada laporan keuangan kan? Hebat itu Muhammadiyah melebihi negara. Nah kita hidupkan itu,” tambahnya.
“Juga sistem itu bergerak. Ketika sekarang kita menghadapi Covid-19, pakai sistem juga. Ada Tanwir, dan sebagainya sehingga keputusannya tidak orang per orang. Maka perkuat sistem itu,”pesan Haedar.
Untuk menjaga sistem melalui penguatan ideologi, Haedar menekankan pentingnya kekompakan dan kebersamaan di antara sesama warga Persyarikatan.
“Kekuatan Muhammadiyah yang bisa menjadi energi kemajuan yakni sistem organisasi. Maka Muhammadiyah itu sejak awal menamakan dirinya sebagai Persyarikatan, tempat kita bersyirkah. Di Suara Muhammadiyah tahun 1924 itu dinyatakan Persyarikatan itu artinya kita selalu dalam kebersamaan dan bermufakat seoptimal mungkin di dalam organisasi. Jadi di organisasi itu ada kebersamaan dan kemufakatan,” ingatnya.
“Maka Muhammadiyah ini kata Pak Jusuf Kalla seperti Holding Company, besar, tersistem. Dari pusat begitu dipejet (pencet) tombolnya ke bawah langsung hidup, kecuali yang tidak. Yang tidak, mungkin baterenya lemah perlu dicharge lagi,” pungkasnya.