MUHAMMADIYAH.OR.ID, BANTUL—Keluarga Ibrahim merupakan prototipe keluarga paling sempurna di antara semua golongan manusia. Nabi Ibrahim sebagai kepala keluarga, istrinya Hajar dan Sarah, anaknya Ismail dan Ishak. Banyak Nabi dan orang-orang saleh turun dari darah Ibrahim, termasuk Nabi Muhammad Saw.
“Keluarga Ibrahim adalah contoh Suri Tauladan yang baik dan bahkan sulit ditandingi, sebab mulai dari Ayah, Ibu dan Anak merupakan orang yang beriman dan bertakwa bahkan Nabi Muhammad SAW pun keturunan nabi Ibrahin AS dari jalur Nabi Ismail AS,” ujar Budi Jaya Putra dalam khutbah Idul Adha 1443 H di kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada Sabtu (9/7).
Berbeda dengan Ibrahim, keluarga Firaun: suaminya kafir, istrinya beriman. Sedangkan Nabi Luth: suaminya beriman, istrinya kafir. Sementara keluarga Abu Lahab: baik suami maupun istri keduanya kafir. Kepala Pusat Tarjih Muhammadiyah Universitas Ahmad Dahlan ini berharap segenap kaum muslimin memiliki keluarga seperti Nabi Ibrahim.
“Jamaah yang dirahmati oleh Allah SWT apa yang bisa kita ambil dari kisah keluarga Nabi Ibrahim AS?. Adapun yang bisa kita ambil dari kisah Nabi Ibrahim AS dan keluarganya adalah pentingnya menciptakan keluarga yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT,” ucap dosen Universitas Ahmad Dahlan ini.
Beberapa cara agar membentuk bahtera rumah tangga agar seperti keluarga Nabi Ibrahim: pertama, fungsi suami atau ayah sebagai kepala keluarga. Sebagai suami, selain menjadi pemimpin, ia juga memiliki tanggung jawab yang besar yaitu menjaga diri dan keluarga dari siksa api neraka (QS. at-Tahrim: 6).
Kedua, istri atau ibu yang salehah. Siti Hajar adalah contoh istri yang salehah, dimana ketaatannya kepada suami tidak diragukan lagi. Segala perintah dilakukan dengan baik bahkan ketika harus mengasingkan diri di daerah yang tandus tanpa seorangpun menemani dan tanpa pengetahun tentang daerah tersebut. Dalam mencari airpun beliau berlari-lari kecii sebanyak tujuh kali dari bukit Sofa ke Marwa.
Hal ini tiada lain sebagai bukti taat kepada Allah SWT dan kepada suami yaitu Nabi Ibrahim AS. “Wahai para istri dan Ibu engkau adalah tonggak kehidupan, engkau adalah guru dan engkau adalah malaikat bagi keluargamu, maka bantulah suami dan anakmu untuk mencapai surga bersamamu,” ucap Budi.
Ketiga, anak yang berbakti kepada orang tua. Saat Nabi Ismail mendapat perintah dari ayahnya, ia akan taat dan berbaik. “Itulah contoh anak yang sholeh tanpa berpikir panjang dengan tenang menerima apa yang diperintahkan oleh Allah SWT kepada ayahnya untuk dirinya. Pertanyaannya adalah kenapa Nabi Ismail AS bisa seperti itu?, tidak lain hasil dari didikan dan adanya suri tauladan dari kedua orang tuanya,” terang Budi.
Hits: 35