MUHAMMADIYAH.OR.ID, BANTUL—Ketua PP Muhammadiyah, Syafiq Mughni ingatkan pentingnya idealisme Muhammadiyah bagi kader penerus perjuangan. Menurutnya, Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) yang melimpah pasti akan diwariskan kepada kader penerus, akan tetapi hal lain yang harus dipastikan adalah idealisme Muhammadiyah mereka.
Oleh karena itu, imbuh Syafiq, pada keadaan tersebut sekolah kader Muhammadiyah memiliki makna. Sebab di dalamnya, akan ditransformasikan nilai-nilai keunggulan dan kebajikan kepada generasi mendatang, yang akan mengemban cita-cita idealisme Persyarikatan Muhammadiyah. Terkait itu, Syafiq mengajak untuk mendalami QS. Maryam ayat 13 -15.
Terkait itu, Guru Besar Sejarah Kebudayaan Islam ini menjelaskan tentang ayat yang menceritakan Nabi Yahya. Menurutnya, Yahya di situ merupakan orang atau jiwa yang hidup memiliki spirit kreatif dan dinamis, dan melakukan adaptasi yang responsif. Semangat yang direngkuh dari situ adalah usaha untuk menjadikan Ajaran Islam sebagai agama yang responsif terhadap perubahan.
“Beradaptasi dalam makna responsif, tidak hanya sekedar mengikuti arus perkembangan, tapi bisa melakukan sesuatu yang mempengaruhi perubahan ke arah yang lebih baik, dan juga menafsirkan ajaran-ajaran Islam ini supaya tetap menjadi ajaran yang responsif terhadap perkembangan zaman”. Ungkapnya pada (8/12) di acara Milad ke-103 Madrasah Mu’allimin.
Yahya atau jiwa yang hidup ini penting untuk melahirkan generasi Kader Muhammadiyah di masa-masa yang akan datang. Berangkat dari pemahaman ayat tersebut, Syafiq berharap kader-kader semakin dekat dengan Al Qur’an, bukan hanya menghafal dan membaca, tapi juga memahami sekaligus mewujudkannya dalam amalan sehari-hari.
Selanjutnya, untuk melahirkan kader yang adaptif terhadap perubahan, terlebih dahulu kader harus dibekali dengan kebijakan/kearifan baik dalam ucapan dan tindakan. Kader Muhammadiyah juga harus memiliki Hanānan atau rasa empati atau kasih sayang, senantiasa membersihkan diri dari dosa (tazkiyatun nafs), bertaqwa, berbakti kepada orang tua, dan tidak sombong lebih-lebih durhaka.
Berbakti kepada orang tua bukan hanya dimaknai secara harfiah, tapi lebih luas dari itu, bisa orang tua secara sosial, termasuk orang tua secara organisatoris. Secara organisatoris, menurut Syafiq di internal Muhammadiyah terdapat keluhan. Oleh karena itu, Kader Muhammadiyah selain rasional juga harus memiliki emosional, terlebih dalam urusan ini.