MUHAMMADIYAH.ID, JAKARTA – Hadir dalam forum diskusi Rakyat Merdeka Tv, Senin (9/8) Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’ti mengungkapkan bahwa ormas keagamaan ikut berperan besar dalam penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia.
Memberikan contoh, Abdul Mu’ti menguraikan peran sigap dan konsisten Muhammadiyah menangani pandemi bahkan sejak kasus pertama diumumkan oleh Presiden Jokowi pada 2 Maret 2020. Muhammadiyah bahkan mendirikan tim penanganan pandemi (MCCC) yang berdiri 8 hari lebih awal daripada berdirinya gugus tugas nasional milik pemerintah.
“Masyarakat bisa memberikan kritik, memberikan catatan tapi kita juga harus realistis. Kita boleh juga memberikan pandangan politik, boleh juga kita berbeda halauan politik tapi ketika sudah sampai pada kepentingan bangsa, itu saya kira harus kita tanggalkan karena ini adalah hubungannya dengan the survival of our nation, hubungannya dengan keberlangsungan negara kita,” kata Mu’ti.“
Oleh karena itulah dengan segala keterbatasannya, Muhammadiyah berusaha untuk berbuat sesuatu untuk masyarakat. Tentu dengan jaringan yang kita miliki, dengan sumberdaya yang kita miliki, dan alhamdulillah semua bergerak dari tingkat pusat hingga tingkat ranting dan semua bergerak baik yang berada di amal usaha maupun yang berada di struktur kepemimpinan Persyarikatan,” imbuhnya.
Abdul Mu’ti menyinggung bahwa pernyataannya yang viral beberapa hari lalu terkait dana Rp1 Triliun lebih yang dihabiskan oleh Muhammadiyah untuk menangani Covid adalah bentuk pertanggungjawaban kepada warga Persyarikatan yang menitipkan dananya melalui Lazismu.
“Bukan untuk show off force, biarpun itu kemudian juga menjadi isu politik karena ada yang bilang 2 T itu campur pasir dan yang 1 T Muhammadiyah itu tidak campur pasir, begitu,” singgungnya.“Ini sebagai pertanggunjawaban karena setelah kami hitung, ini ternyata di luar yang diberikan rumah sakit ya, yang tidak ikut dilaporkan itu sudah 1 triliun 22 milyar per 2 Agustus. Kemudian relawan yang saya sebut 75 ribu itu ternyata 76 ribu sekian relawan yang terlibat,” ungkap Mu’ti.
“Kemudian saya juga mendapatkan laporan bahwa masyarakat yang menerima benefit dari Muhammadiyah itu ternyata lebih dari 32 juta penerima pelayanan Muhammadiyah dan untuk vaksinasi per 2 Agustus itu sudah lebih dari 210 ribu vaksinasi yang diselenggarakan oleh Muhammadiyah beserta lembaga-lembaga mitra baik dengan Kemenkes, Kepolisian, Kadin dan beberapa waktu ke depan kami akan bekerjasama dengan lembaga-lembaga lain seperti BIN dan lembaga-lembaga lain yang selama ini memang alhamdullilah memberikan kepercayaan kepada Muhammadiyah,” tambah Mu’ti.
“Dan oleh karena itu overall saya kira apa yang dilakukan oleh Muhammadiyah itu menunjukkan bahwa ormas keagamaan itu berperan dalam penangan Covid ini tidak sekadar mendoakan, karena selama ini ada kritik bahwa peran ormas keagamaan paling perannya cuma mendoakan. We go beyond that-lah,” kritiknya.
“Insyaallah kami melakukan lebih dari sekadar mendoakan karena ternyata layanan sosial yang kita berikan, layanan kesehatan, pendidikan dan sebagainya itu tentu saja pendekatan-pendekatan spiritual sangat diperlukan. Tidak bisa kita pungkiri. Tapi pendekatan sosial, pendekatan ilmu ilmiah dan juga pendekatan politik juga kami lakukan dan alhamdulillah karena Muhammadiyah itu bukan organ dari partai politik sehingga kami bisa leluasa berkomunikasi dengan berbagai elemen masyarakat,” pungkasnya.