MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA – Kelahiran Nabi Muhammad Saw pada 12 Rabiul Awwal adalah berkah bagi kehidupan manusia dan alam semesta. Menurut Sekretaris Lembaga Pengembangan Pesantren PP Muhammadiyah, Muhbib Abdul Wahab, M.Ag, bulan Rabiul Awwal juga menyimpan makna.
“Nabi Muhammad dilahirkan di Rabiul Awwal atau musim semi. Jadi lahirnya Nabi di bulan itu seolah memberikan isyarat bahwa kelahiran beliau membawa pencerahan dan harapan baru bagi umat manusia seperti berseminya pepohonan dan tetumbuhan pada musim itu,” kata Muhbib.
Dalam Pengajian Bulanan PP Muhammadiyah, Jumat (14/10), dirinya lalu menyebut berbagai macam keistimewaan Nabi Muhammad yang dipuji Alquran karena memiliki akhlak yang agung. Bahkan, beliau Saw telah mendapatkan gelar Al-Amin sebelum menjadi Nabi.
Muhbib lantas menjabarkan karakter Nabi Muhammad Saw dari Surat Ali Imran 159. Karakter agung itu antara lain lemah lembut, pemaaf, peduli, dan gemar bermusyarawah.
“Artinya Beliau punya sifat-sifat yang luar biasa, yang kalau dirinci, beliau itu jujur, benar, berani, bertanggungjawab, 2) murah senyum, simpatik, tidak merengut, 3) ramah dan bersahabat, gaul dan supel, 4) tenang, tidak cepat marah dan emosional, 5) bersahaja, sederhana tidak glamor dan berlebihan, 6) peduli, responsif, mudah menolong orang lain, 7) berpakain bersih dan rapi, tidak acak-acakan, 8) selalu menyisir rapi rambutnya dan wangi, 9) sabar, bisa menahan dan menguasai diri, 10) pemaaf, periang dan optimis, 11) dermawan, empati dan solidaritas tinggi, 12) sopan santun, lembah lembut dan simpatik,” jelas Muhbib.
Dari berbagai keistimewaan Nabi tersebut, maka umat muslim menurut Muhbib layak menyelenggarakan Maulid Nabi untuk meneladani kembali keagungan pribadi Nabi Muhammad.
“Nah idealnya Maulid Nabi yang kita peringati dimaknai dengan semangat aktualisasi visi Islam rahmatan lil alamin. Sehingga Islam yang tampil yang kita pahami adalah Islam yang berdimensi peradaban, bukan peperangan,” ujarnya.
“Di buku Al-Ihtifal Bi Maulid An Nabi Saw Wa Mazhabiruhu Fi Al ‘Alam ada 50 lebih negara merayakan dengan berbagai bentuk ragam budaya. Di buku itu dikatakan siapa yang tidak bergembira dengan kelahiran Muhammad, maka dia tidak akan merasakan kegembiraan semuanya. Seolah beliau ingin mengatakana bahwa salah satu sumber kebahagiaan hidup kita adalah gembira dengan kelahiran Nabi Muhammad sebagai kasih sayang Allah kepada kita,” imbuh Muhbib.
“Juga disebutkan hanya mukmin yang bergembira dengan kelahiran Nabi, sehingga dipertanyakan iman orang yang tidak bergembira,” pungkasnya. (afn)