MUHAMMADIYAH.OR.ID, SLEMAN—Meski tanah Indonesia dikenal subur, namun kelebihan tersebut belum bisa menghasilkan capaian pertanian yang membanggakan. Di sisi lain, petani Indonesia kebanyakan masih bergantung kepada pupuk kimia yang jika terus dilanjutkan akan merusak dan memperburuk kesuburan tanah.
Melihat realitas tersebut, Muhammadiyah melalui Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) giring petani menjadi smart farming. Sebab jika mencermati perkembangan dunia pangan khususnya produk pertanian, maka sudah menjadi keharusan pertanian dilakukan secara organik.
Sekretaris MPM Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Bachtiar Dwi Kurniawan menerangkan bahwa MPM sejak beberapa tahun telah melakukan aktivitas pemberdayaan petani untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Terkait dengan keinginan tersebut, MPM menempuh beberapa langkah.
Pertama, melakukan pengorganisasi petani yang dihimpun dalam Jamaah Tani Muhammadiyah (JATAM). Kedua, Muhammadiyah melakukan peningkatan kapasitas petani melalui pelatihan-pelatihan di bidang pertanian. Jenis pelatihan yang diberikan oleh Muhammadiyah kepada petani mulai untuk kepentingan on farm sampai dengan out farm.
“Ketiga adalah Muhammadiyah melakukan hilirisasi produk pertanian petani, sehingga apa yang dihasilkan oleh petani akan diserap oleh pasar Muhammadiyah sendiri, dan yang kedua adalah pasar secara luas,” tutur Bachtiar pada (24/11) secara terpisah di acara Diskusi dan Pelatihan Petani Organik yang diadakan MPM PD Muhammadiyah Sleman.
Keempat, Muhammadiyah melakukan bentuk-bentuk advokasi kebijakan. Advokasi kebijakan ditempuh oleh Muhammadiyah untuk menciptakan kebijakan yang inklusif dan berpihak kepada petani, bahkan sampai petani gurem sekalipun.
“Apa yang dilakukan oleh Muhammadiyah itu untuk mewujudkan petani yang mandiri, petani yang berdaulat, dan petani makmur. Sehingga petani dan pertanian menjadi primadona, dan menjadi andalan yang mampu mewujudkan kedaulatan pangan Indonesia,” ungkapnya.
Bertani di era sekarang ini petani dituntut cerdas, mereka tidak boleh serampangan dalam menggunakan produk-produk kimia bagi tanaman dan tanah mereka. Oleh karena itu, petani khususnya yang tergabung dalam JATAM dan petani Indonesia secara luas diharapkan beralih kepada petani organic.
Potensi mengembangkan pertanian organik terbuka lebar, hal ini karena di lingkungan sekitar tersedia berbagai unsur tanaman yang bisa difungsikan sebagai bahan pupuk organik dan pestisida nabati. Di sisi lain, petani juga bisa mengembangkan musuh alami (predator) yang dimanfaatkan untuk mengendalikan siklus hama dan penyakit.
Hits: 12