MUHAMMADIYAH.OR.ID, PALEMBANG—Kader Muhammadiyah disarankan untuk membuat panduan acuan terstandar nasional untuk rumah-rumah sakit Muhammadiyah. Panduan tersebut diharapkan bukan hanya untuk penanganan kesehatan fisik, tapi juga mental-spiritual.
Saran tersebut didapatkan dalam acara Seminar Pra Muktamar Muhammadiyah – ‘Aisyiyah ke-48, Kamis (24/3) atas saran dr. Liza Khairani pemateri dan Dosen di Universitas Muhammadiyah (UM) Palembang.
Saran untuk membuat panduan acuan standar nasional bagi rumah-rumah sakit Muhammadiyah, kata dr. Liza, digunakan untuk memberikan pelayanan kesehatan di tingkat rumah sakit terstandar.
Jika pemerintah Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) berbasis penyakit, maka panduan yang bisa dibuat oleh kader Muhammadiyah memiliki basis cakupan yang lebih luas, yakni untuk kesehatan fisik dan mental-spiritual.
“Kita juga bisa sebagai kader Muhammadiyah membuat suatu panduan yang bisa digunakan sebagai acuan atau yang terstandar nasional untuk Muhammadiyah, tidak hanya untuk kesehatan fisik tetapi nanti juga untuk kesehatan mental-spiritual,” ungkapnya.
Dalam acara yang diadakan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah secara hybrid di UM Palembang tersebut, dr Liza memaparkan materi tentang “Membangun Generasi Sehat: Penurunan Angka Kematian Ibu-Anak, Stunting, Penyakit Degenratif”. Merujuk beberapa data, dr. Liza memaparkan bahwa tingkat kematian yang dialami oleh ibu hamil dan bayi, baik di dalam maupun setelah dilahirkan terbilang masih tinggi.
Sebanyak 76 persen kematian ibu terjadi di fase persalinan dan pasca persalinan. “Dengan proporsi 24 persen saat hamil, kemudian 36 persen saat persalinan dan selebihnya masih cukup tinggi di pasca persalinan sebanyak 40 persen,” ungkapnya.
Selain kematian ibu, masalah kesehatan lain yang sedang dihadapi oleh Indonesia adalah stunting. Permasalahan gizi di Indonesia menurutnya tidak boleh dilihat sebelah mata, sebab memiliki ancaman serius terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM).
Mengutip Survei Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021, dr. Liza menyebut prevalensi atau jumlah keseluruhan kasus yang terjadi pada waktu tertentu pada stunting masih 24,4 persen. Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah serta organisasi otonomnya telah aktif membantu peran pemerintah dalam menekan angka stunting di Indonesia. Tidak hanya pada level pusat, program penurunan angka stunting di Indonesia yang dilakukan oleh Muhammadiyah sampai pada level ranting.
Ancaman kesehatan lain yang sedang mengintai bangsa Indonesia adalah penyakit degeneratif. Tidak kurang terdapat 50 penyakit degeneratif yang dihadapi oleh Lansia Indonesia. Oleh karena itu, Indonesia ditantang bagaimana menyelesaikan dan menurunkan angka penyakit degeneratif ini.