MUHAMMADIYAH.ID, SURABAYA – Sikap Tengahan atau moderasi adalah salah satu perintah Allah kepada umat Islam sebagaimana termaktub dalam Surat Al-Baqarah ayat ke-143.
Meski Islam menekankan sifat moderat, Ketua PP Muhammadiyah Syafiq Mughni berharap tidak hanya umat Islam yang terus dijadikan objek pengajaran moderasi.
“Moderasi atau Wasathiyah harus muncul dari umat Islam, tetapi juga harus menjadi ciri dari agama lain di Indonesia. Hal tersebut bisa memperkokoh jaringan bangsa kita,” pesan Syafiq dalam webinar IMM Jawa Timur, Sabtu (20/2).
Sesuai KTT Ulama Dunia di Bogor (2018), sifat moderasi dicirikan dengan tujuh ciri, yaitu kemampuan bersikap objektif (tawasuth), proporsional atau adil (I’tidal), toleran (tasamuh), mengutamakan dialog (syura), konstruktif (islah), teladan (qudwah), dan nasionalisme (muwathonah).
Dengan komitmen moderasi dari semua agama, Syafiq percaya akan tercipta persatuan kebangsaan yang lebih erat. Selain itu, komitmen tersebut juga akan mendorong masing-masing agama untuk memberikan amal terbaiknya sebagai bukti.
Muhammadiyah menurut Syafiq telah menunjukkannya melalui pemahaman Indonesia sebagai Darul Ahli Wa Syahadah yang memandang bahwa Indonesia adalah negara milik semua yang harus dibangun bersama-sama.
“Negara kita memerlukan pemikiran jernih. Wasathiyah Islam yang akan menjadi wajah Islam di Indonesia. Pada saat yang sama kita harus melakukan usaha usaha memperkuat ajaran Islam tentu bisa menjadi wajah bangsa Indonesia,” harapnya.
Akan tetapi, Syafiq juga melakukan otokritik bahwa gejala keberagamaan yang tidak seimbang di dalam tubuh umat Islam Indonesia juga menjadi tantangan tersendiri untuk menjadikan Islam-nya orang Indonesia sebagai rujukan Islam di ranah global.
“Munculnya gejala-gejala faham keagamaan yang punya akar cukup panjang dimasa lalu, tetapi masih kita lihat hidup hingga sekarang yang sesungguh kita pandang tidak mencerminkan Wasthiyah dalm Islam sendiri,” ujarnya.