MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA– Agama Islam diturunkan untuk dua hal, pertama untuk mewujudkan kemaslahatan dalam hidup dan yang kedua menjauhkan segala kemudharatan dalam hidup.
Merujuk itu, Fathurrahman Kamal menjelaskan bahwa, makna hakiki dari berislam adalah apabila kehidupan orang berorientasi kepada kebaikan sekaligus mengeliminasi kerusakan. Karena itu, agar manusia bisa berjalan untuk mencapai dua visi utama itu dibutuhkan karateristik tengahan.
“Jadi untuk mencapai dua visi utama itu kita harus memiliki karakteristik al washat (tengahan), dan memang Allah secara sadar dan memang begitu juga ada beran historis sehingga umat Islam ini diberikan predikat sebagai ummatan washatan,” ungkap Ketua Majelis Tabligh ini pada (9/7) di acara Pengajian Umum PP Muhammadiyah.
Predikat umat tengahan ini menurutnya bukan hanya garansi dari langit, tetapi harus ada peran aktif dari umat untuk memainkan peran al washatiyah. Karakteristik ini berkorelasi dengan perintah Nabi Muhammad tentang larangan berlebihan (ghuluw) dalam beragama.
Fathur menegaskan, karakteristik tengahan tersebut tidak akan terwujud tanpa menegakkan kejujuran dalam diri muslim. Namun, setelah melihat realitas hidup sekarang, setelah terjadinya interaksi kaum muslim dengan dunia digital, menurut Fathur umat muslim sudah terpapar oleh virus hipokrasi atau kemunafikan.
Meletakkan realitas tersebut dengan tertolaknya fatwa hasil ijtihad ulama kredibel secara kolektif tentang bencana pandemi covid-19, akan menemukan karaktersitik umat Islam yang keislamannya hanya artificial, bahkan orang semacam ini menurut Fathur, Al Qur’an yang dibacanya jangankan sampai qalbu, melewati kerongkongannya saja tidak.
“Religiusitas secara artifical itu tidak ada apa-apanya, tetapi kata Rasulullah, kelompok ini orang-orang yang sesungguhnya Al Qur’an itu jangankan ke qalbunya melewati kerongkongannya saja tidak.” tegas Fathur.
Hits: 5