MUHAMMADIYAH.OR.ID, SURAKARTA – Sebagai rangkaian acara Muktamar Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah ke-48, Muhammadiyah menyelenggarakan malam penyambutan dan malam kebahagiaan atau Mangayubagyo di gedung Edutorium Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Jumat malam (18/11).
Pada kesempatan tersebut, Muhammadiyah melalui UMS memberikan anugerah dan penghargaan kepada tiga maestro musik keroncong. Mereka adalah Waldjinah, almarhum Gesang, dan almarhum Didi Kempot.
“Muhammadiyah dengan bangga memberikan anugerah sebagai terima kasih kepada mereka atas pengembangan musik keroncong di Indonesia,” ucap pembawa acara saat memanggil Waldjinah dan perwakilan keluarga Gesang dan Didi Kempot ke atas panggung.
Selain mendapatkan piala penghargaan, masing-masing tokoh tersebut mendapatkan dana pendidikan untuk keluarga mereka sebesar Rp20 juta yang disampaikan oleh Rektor UMS, Sofyan Anif. Sementara itu, anugerah kebudayaan diserahkan langsung oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir.
Untuk diketahui, tiga tokoh tersebut memang dicatat sebagai pelestari dan orang yang mempopulerkan musik keroncong hingga mancanegara.
Waldjinah sendiri adalah seorang penyanyi spesialisasi keroncong-langgam Jawa yang dikenal dengan julukan “Ratu Keroncong”. Perempuan kelahiran Surabaya, 7 November 1945 ini telah dua kali menerima AMI Awards untuk kategori Legend Award dan Karya Produksi Keroncong Terbaik.
Sementara itu almarhum Gesang Martohartono (lahir 1 Oktober 1917 dan wafat 20 Mei 2010) adalah seorang penyanyi dan pencipta lagu yang dikenal sebagai “maestro keroncong Indonesia”. Gesang terkenal lewat lagu “Bengawan Solo” yang terkenal telah diterjemahkan ke 13 bahasa dunia. Semasa mudanya, Gesang aktif di kepanduan Hizbul Wathan Muhammadiyah.
Sedangkan alhmarhum Didik Prasetyo atau Didi Kempot yang wafat 5 Mei 2020 lalu merupakan seorang penyanyi dan pencipta lagu campursari dan congdut dari Surakarta. Didi Kempot yang terkenal di Suriname memiliki julukan “Godfather of Broken Heart” akibat lirik-lirik pilunya soal patah hati.