MUHAMMADIYAH.OR.ID, SURAKARTA—Kwartir Pusat Hizbul Wathan (Kwarpus HW) berkomitmen cetak kader yang memiliki karakter berbingkai keindonesiaan. Sebagaimana disebutkan oleh Ketua Umum Kwarpus HW, Endra Widyarsono saat memberikan sambutan di acara Seminar Nasional pada (6/11) di Surakarta.
Ramanda Endra mengatakan, banyak bukti terpampang yang menunjukkan karakter keindonesiaan yang dimiliki oleh HW termasuk pada kadernya, seperti yang tercermin dalam diri Jendral Besar Sudirman.
“Panglima Besar Jenderal Sudirman adalah contoh kader terbaik HW yang memiliki kontribusi nyata lahirnya Indonesia,” ujarnya.
Sementara, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jateng Tafsir menyebut, Dalam konteks peran keindonesiaan, Muhammadiyah maupun Hizbul Wathan memiliki tugas untuk pemerintah. Namun disisi lain, Muhammadiyah juga mendidik bangsa Indonesia untuk memiliki daya kritis yang membangun.
“Salah satu poin Kepribadian Muhammadiyah adalah membantu pemerintah, maka kita jadikan pemerintah sebagai mitra untuk membangun Indonesia, namun tetap kritis,” paparnya.
Seminar yang gelar secara hybrid (luring dan daring) tersebut diikuti juga diikuti Kwartir HW Jawa Tengah. Acara ini merupakan tindak lanjut MoU antara PP Muhammadiyah dengan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Republik Indonesia.
Hadir sebagai pembicara, Staf Khusus Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Staf Khusus Menko PMK) Ravik Karsidi menyebut, Era revolusi industri 4.0 telah banyak mengubah berbagai aspek kehidupan, terutama yang berkaitan dengan teknologi.
Generasi muda khususnya perlu dibekali penguatan pendidikan karakter yang dapat menyesuaikan atau beradaptasi dengan perkembangan zaman. Setidaknya 35% keterampilan yang selama ini diajarkan di sekolah akan mulai tergerus dan tidak terpakai. Beberapa jenis pekerjaan akan hilang dan muncul pekerjaan berteknologi digital.
“Sekarang ini sebetulnya sedang terjadi pertempuran peradaban. Namun yang paling penting kuncinya adalah adaptif,” ucapnya.
Menurutnya, generasi muda perlu dibekali penguatan karakter yang adaptif. Misalnya karakter yang sesuai dengan konteks zaman sekarang seperti kreatif, inovatif, dan memiliki kemampuan berteknologi digital. Karakter adaptif itu juga harus tetap mengutamakan nilai-nilai atau esensi seperti akidah, mental dan fisik, serta tetap berakhlakul karimah.
“Pendidikan kepanduan yang ada di Hizbul Wathan dan Muhammadiyah juga perlu diubah, direvitalisasi disesuaikan dengan konteks zaman sekarang,” cetusnya.
Hits: 7