MUHAMMADIYAH.OR.ID, KEBUMEN – Meski sebagai tempat berobat, namun Rumah Sakit Muhammadiyah – ‘Aisyiyah (RSMA) tapi menurut Ketua PP Muhammadiyah, dr Agus Taufiqurrahman berpesan supaya tidak boleh ada aroma obat-obatan. Sebab falsafah dari rumah sakit adalah kenyamanan.
Aroma yang tercium setiap pengunjung di RSMA harus aroma-aroma yang menenangkan, segar dan memberikan kenyamanan, termasuk tampilan gedungnya harus bersih, tertata rapi dan modern. Bahkan tampilannya harus mengalahi tempat-tempat perbelanjaan modern.
Demikian disampaikan oleh dr. Agus Taufiqurrahman pada, Sabtu (27/5) dalam acara Tabligh Akbar Milad ke-38 RS PKU Muhammadiyah Sruweng, Kebumen. Tidak hanya ruang-ruang pengobatan, tapi juga disediakan ruang-ruang khusus seperti coffe shop dan lain sebagainya.
“Sehingga orang masuk (RSMA) itu isinya nyaman dan nyaman.” Ungkap dr. Agus mengapresiasi tampilan gedung RS PKU Muhammadiyah, Sruweng yang tampilannya sudah modern.
Merujuk kata Hospital, rumah sakit sebagai tempat orang mencari kesembuhan seharusnya menjadi tempat dengan pelayanan yang memberikan kenyamanan. Terkait penggunaan istilah rumah sakit untuk tempat berobat di Indonesia, dr. Agus mengatakan saat ini sedang ada diskusi tentang itu.
Karena sebagai tempat yang seharusnya memberikan kenyamanan, maka jika ada orang yang datang untuk berobat ke rumah sakit, tidak boleh disambut dengan marah-marah atau bahkan dibentak, baik itu pasien maupun keluarga pasien.
“Saat ini mungkin nomenklaturnya tidak harus diganti, akan ada biaya banyak termasuk ganti papan nama dan cap. Tetapi yang diganti adalah falsafah membuat rumah sakit dan seluruh pengelolaannya.” Ungkapnya.
Maka, rumah sakit harus dimaknai sebagai pelayanan yang diberikan penuh kenyamanan, yang dalam konsep Agama Islam, kenyamanan merupakan cakupan yang berada dalam konsep rahmatan lil alamin – memberi dengan penuh kasih sayang.
Dalam konteks Muhammadiyah, dakwah rahmatan lil alamin menjadi bagian untuk mengabdi bagi seluruh umat dan bangsa. Realitas tersebut merupakan landasan KH. Ahmad Dahlan dalam mendirikan pelayanan kesehatan yang inklusif.
“Sehingga pertama kali membikin rumah sakit dengan nama PKO (Penolong Kesengsaraan Oemoem), Kiai Dahlan menegaskan siapapun harus ditolong, apakah dia itu orang dengan latar belakang yang berbeda.” Tutur dr. Agus.
Hits: 513