MUHAMMADIYAH.OR.ID, BANDUNG—Di tengah maraknya gerakan Islam yang menjamur di Indonesia, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir ingatkan bahwa Muhammadiyah memiliki kekhasan. Kekhasan yang melekat di Muhammadiyah tidak boleh pudar, sekaligus tidak boleh menjadi alasan keterpisahan dengan yang lain.
Setiap gerakan Islam memiliki konstruksi paham, manhaj, dan praktek keislaman masing-masing, Haedar menjelaskan bahwa perbedaan itu harus dijaring dalam satu ukhuwah. Tapi tidak boleh mengaburkan ciri khas Muhammadiyah di dalam Muhammadiyah itu sendiri. Kekhasan Muhammadiyah ini tidak lain ditimbulkan oleh pendirinya, yaitu KH. Ahmad Dahlan.
Nama KH, Ahmad Dahlan bagi Muhammadiyah bukan hanya sebuah nama belaka, sebab pada sosok itu sudah melekat ketokohannya dengan Muhammadiyah. Oleh karena itu, meski Muhammadiyah bukan disebut sebagai pengikut Ahmad Dahlan, tapi Muhammadiyah tidak bisa dilepaskan dari ketokohan sosok KH. Ahmad Dahlan.
“Maka biarpun ada orang mengatakan bahwa Muhammadiyah bukan Dahlanisme, Muhammadiyah tidak akan pernah pisah dan dipisahkan dari pendirinya, Ahmad Dahlan dan Ahmad Dahlan bukan sekedar nama, tapi di dalamnya ada state of mind, ada al fikrah al khassah, ada alam pikiran yang khas yang kita para penerusnya memang harus merujuk pada itu,” tutur Haedar.
Mengingat ‘pintu masuk’ dalam memahami Islam begitu luas, KH. Ahmad Dahlan membuka pintu-pintu tersebut dalam rangka untuk memahami Islam. Maka sebagai penerus, anggota, kader, dan pimpinan memahami Islam dengan kerangka dasar yang diletakkan oleh KH. Ahmad Dahlan tersebut.
Terkait dengan kekhasan Muhammadiyah, Haedar mengatakan bahwa, ketika seseorang menyebut kata Muhammadiyah maka setidaknya ada 3 ingatan yang turut menyertainya, yaitu gerakan Islam modern, gerakan Islam reformis, dan gerakan Islam tajdid/pembaharuan. Ketiga ingatan tersebut jika kembali diperas maka akan ditemukan kata kunci, yakni Islam Berkemajuan.
“Yang maju dan berkemajuannya itu lahir dari Islam itu sendiri, bukan ditemukan di jalanan, bukan dipungut dari tempat orang,” imbuhnya.
Akan tetapi, ketika Islam sudah menjadi state of mind kemudian akan berdialektika dengan perubahan zaman. Oleh karena itu, pada (9/12) di acara Refleksi Milad ke-109 Muhammadiyah yang diadakan UMBandung Haedar mengingatkan bahwa, karakter khas Muhammadiyah ini sering terkelupas.
Terkait itu, Haedar tidak memungkiri bahwa di internal persyarikatan terdapat warga atau anggota, bahkan termasuk pimpinan yang sudah menjabat lama Muhammadiyah masih gagap dalam mengenal ataupun memahami Muhammadiyah, terlebih konsep berkemajuan yang dipedomani oleh Muhammadiyah.