MUHAMMADIYAH.OR.ID, BANTUL— Karakteristik Muhammadiyah menurut Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Busyro Muqoddas adalah organisasi yang beriman dan senantiasa melakukan amal salih. Karakter ini yang membawa Muhammadiyah bertahan, bermanfaat bagi bangsa dan tumbuh sampai sekarang serta mengglobal.
Demikian disampaikan Busyro pada, Kamis (20/10) di acara Pengajian Kader Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Tamantirto Selatan, Kasihan Kabupaten Bantul. Karakter beriman dan beramal tersebut menurutnya telah ditanamkan oleh pendiri Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan.
Ketika Kiai Dahlan memiliki lembaga pendidikan dan tidak memiliki uang untuk membayar guru di sana, Kiai Dahlan kemudian melelang seluruh barang-barang yang dimilikinya yang hasil dari lelang tersebut digunakan untuk membiayai guru dan operasional lembaga pendidikannya. Menurutnya ini adalah praktik keimanan dan amalan yang otentik.
“Karena orang-orang Muhammadiyah karakternya begitu, iman-amal salih, iman-amal salih sekecil-kecilnya,” ungkapnya.
Oleh karena itu, bagi Busyro, pengurus ranting Muhammadiyah tidak perlu berkecil hati, sebab iman dan amal salih tidak bisa diukur dengan jabatan. Aktivis ranting Muhammadiyah harus bersungguh-sungguh dalam bermuhammadiyah, dalam mengaktualisasikan keimanan menjadi amal salih yang bermanfaat bagi banyak orang.
Aktivitas di Cabang dan Ranting Muhammadiyah untuk kemanfaatan bagi sebanyak-banyak rakyat, imbuhnya, merupakan bagian dari pengamalan atau mengisi Pancasila. Ini membuktikan bahwa, ketika mengamalkan ajaran Islam dan bermuhammadiyah, bisa sekaligus mengamalkan nilai-nilai Pancasila.
Dalam urusan politik, Busyro mengingatkan supaya seluruh warga Muhammadiyah menjelang tahun politik untuk menghindari politik uang. Sebagai negara berdasar KeTuhanan Yang Maha Esa, praktik tersebut tentu dilarang. Mengutip salah hadis, dia menyebut bahwa orang yang menyuap dan menerima suap kedua-duanya akan masuk neraka.
Menghindari politik uang, katanya, akan membawa kebaikan jauh lebih panjang kedepan dan lebih besar bagi Republik Indonesia. Berkaca dari silang sengkarutnya pemerintahan dan pejabat negeri sekarang, dalam hematnya, hal itu tidak lain karena disebabkan oleh proses pemilihan yang tidak baik dan benar.
“Mari kita menjaga sikap istiqamah kita untuk mengamalkan Pancasila dengan cara yang mudah, amalkan ajaran Islam dengan lurus, benar dan istiqamah. Tidak perlu lagi bercuap-cuap kami Pancasila, tidak usah meniru itu,” tutur Busyro.