MUHAMMADIYAH.OR.ID, MALANG – Apa-apa yang dilakukan itu harus diwujudkan dalam perbuatan juga amal, karena wujud iman itu serangkaian dengan amal. Bahkan dalam al-Qur’an sendiri disinggung bahwasannya jika kita ingin memperoleh kehidupan (baik laki-laki ataupun perempuan) yang baik kuncinya adalah beriman dan beramal saleh. Hadirnya Muhammadiyah termasuk mempelopori gerakan Islam sebagai dinul amal yakni gerakan Islam sebagai agama yang terwujud dalam praktek nyata. Begitu ditegaskan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir.
“Kita bikin sekolah, kita Alhamdulillah sekarang sudah punya 173 perguruan tinggi, itu pun sudah kita tahan-tahan supaya tidak punya kegemaran bikin perguruan tinggi. Orang Muhammadiyah ini kan gemar bikin perguruan tinggi, setiap daerah bikin perguruan tinggi bahkan cabang ada yang mau bikin perguruan tinggi itu. Kita bikin edaran lewat Majelis Dikti, tahan dulu, recovery dulu, supaya kualitasnya diperhatikan. 173, satu diantaranya University Muhammadiyah Malaysia yang tahun ini sudah beroperasi, sebulan lalu saya bersama Raja Perlis bahkan melaunching untuk izin operasional dan sekaligus juga menyelesaikan pembangunan. Kemudian ribuan sekolah termasuk yang oleh ‘Aisyiyah, terakhir kita ini bikin Muhammadiyah Australia College di Melbourne ada 2 lahan disana, semua itu tidak lain agar Islam itu terwujud di dalam realitas kehidupan,” papar Haedar dalam Pengajian Akbar Muhammadiyah Malang, Ahad (25/9).
Kenapa Muhammadiyah membuat itu? Dilanjutkan Haedar, tentunya karena Muhammadiyah ingin membangun harkat, martabat bangsa umat itu tinggi, karena karya-karya keunggulan sebagai kunci dari peradaban. “Ketika kita mau masuk ke kompleks ini saja itu kelihatannya bangunannya itu menunjukkan peradaban sebenarnya, peradaban itu buktinya peradaban fisik salah satunya. Kalau kita pergi ke Mesir kita menemukan piramida, kalau pergi ke Jawa Tengah ada Borobudur, di Jawa Timur ada Bromo. Jadi semua itu menggambarkan kemajuan bahkan kita ini biarpun tidak harus mewah cara berpakaian harus rapi, harus bersih, itu Islam,” tuturnya.
“Jadi kalau umat bangsa kita itu maju secara fisik itu bagian dari kemajuan peradaban dan kemajuan fisik itu tidak harus selalu mahal, soal citra rasa misalkan. Jadi peradaban fisik itu bagian dari kemajuan peradaban kita. TK ABA kita ada 22.000 ya. Tugas kita sekarang ini adalah meningkatkan kualitas,” sambungnya.
Haedar juga mengatakan pentingnya menjalin kolaborasi dan kerja sama dengan siapa saja, asalkan semuanya dapat membawa pada kemajuan. Menurutnya saatnya Indonesia ini bangkit karena kita bisa bersama, jangan sampai Indonesia ini tertinggal gara-gara kita tidak punya kemampuan untuk membangun pusat-pusat peradaban.
“Diperlukan bersatu, ukhuwah, satu keluarga besar umat Islam bangsa Indonesia dan Muhammadiyah. Bangsa tidak akan maju kalau pecah belah, kita lihat dulu ada Yugoslavia maju, hebat sekarang tinggal kenangan, bahkan generasi baru tidak kenal itu. Soviet yang negara besar pecah jadi 15 negara tapi masih terluas di dunia. Pecahnya saja negara Islam Kazakhstan itu luasnya nomor 9 di dunia, Indonesia nomor 13 di dunia. Jadi kita termasuk negara besar sebenarnya,” kata Haedar.
Muhammadiyah ini, disebut Haedar, termasuk yang menggelorakan persatuan, bahkan sila pertama itu merupakan kompromi dari umat Islam lewat Ki Bagus Hadikusumo. Dengan bekal itu, Haedar berharap kita bersama bisa terus membangun kehidupan, umat Islam, bangsa Indonesia itu bagian dari Muhammadiyah.
“Kita tumbuhkan semangat untuk terus menjadikan agama menjadi panduan hidup kita. Yang kedua kita terus menggairahkan semangat berilmu termasuk di keluarga. Yang ketiga kita terus membangun pusat-pusat kemajuan bahkan mungkin di lingkungan kita sendiri. Kemarin contohnya misalkan ‘Aisyiyah membuat lumbung hidup jadi kalau kita punya pekarangan kecil pun itu bisa ditanami untuk cabai, dll tapi mau nggak kita ini rajin. Kemudian yang keempat kita rukun bersatu membangun kehidupan termasuk di keluarga, semakin maju, semakin sukses. Hati-hati merawat keluarga biasanya godaan datang dikala sukses, jadi rawat bersama keluarga kita karena keluarga itulah kunci kekuatan bangsa. Yang terakhir mari kita bangun kebersamaan. Mudah-mudahan Allah melimpahkan berkah dan karunianya,” tutup Haedar.
Hits: 21