MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA— Di kalangan warga persyarikatan dikenal surat-surat populer, selain Al Ma’un yang begitu sangat populer juga ada surat Al ‘Asr. Menurut Sekretaris Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Muhammad Mas’udi, Al ‘Asr merupakan surat yang memiliki spirit kerja keras dan kerja cerdas.
Dalam Khotbah Jumat di Masjid KH. Ahmad Dahlan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada (8/10), Mas’udi menjelaskan, aktualisasi dari surat Al Ma’un di Muhammadiyah terlihat ‘benderang’ dan mudah ditemui wujud amalan nyatanya. Tapi yang tidak boleh dilupakan di dalamnya juga terdapat surat Al ‘Asr, yang menjaga eksistensi amalan Muhammadiyah.
Terkait dengan surat Al Ma’un ada tokoh fenomenal, Kiai Sudja’ yang ikut serta mempelopori perjalanan jamaah haji dari Indonesia atau Hindia Belanda waktu itu, juga dikenal sebagai tokoh yang melakukan pembaharuan dalam pengelolaan zakat maupun filantropi Islam.
Semangat Al Ma’un yang mendasari semaraknya gerakan filantropi Islam, khususnya Muhammadiyah yang tetap eksis sampai sekarang menurut Mas’udi tidak berdiri sendiri, melainkan berintegrasi dengan semangat kerja keras dan cerdas yang berangkat dari filosofi Surat Al ‘Asr.
“Gerakan filantropi untuk bisa berbagi sesama dalam batas-batas kemanusiaan, keislaman, maupun perspektif sosial. Tetapi kemudian pengelolaan itu dilakukan sesuai dengan spirit Al ‘Asr, dikembangkan dengan kerja keras dan kerja cerdas,” ungkapnya.
Integrasi antar dua surat tersebut menurutnya berhasil menelurkan prestasi bagi Muhammadiyah diantaranya melalui Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan Shadaqah Muhammadiyah (LazisMu). Di sisi lain, dirinya juga menyebut bahwa semangat Al Ma’un tidak hanya diterapkan dalam sistem kelembagaan tapi juga bisa secara personal.
Sebab, umat Islam tidak dilepaskan dari konteks masyarakat atau lingkup sosialnya yang diisi dengan berbagai strata, sehingga termasuk spirit Al ‘Asr juga bisa diterapkan secara personal. Dosen Fakultas Agama Islam UMY ini melanjutkan, bahwa semangat dari dua surat tersebut juga harus dikontekstualisasikan.
“Tentu akan lebih sempurna kalau kemudian spirit Al Ma’un itu bergandengan dengan spirit Al Asr, sehingga bisa menghasilkan karya-karya yang bisa dinikmati dalam konteks sejarah yang panjang,” tandasnya.