MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA — Pemahaman yang dangkal dan tidak komprehensif menyebabkan umat Islam tidak bisa mengambil api semangat Agama Islam, tetapi justru yang diambil hanyalah abunya. Pemahaman sepenggal ini tidak akan membawa kepada umat kepada peradaban yang berkemajuan.
Oleh karena itu, Ketua Divisi Kaderisasi dan Organisasi Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Ghofar Ismail, mubaligh Muhammadiyah harus memahami Islam secara komprehensif. Tidak boleh memahami Agama Islam secara sepotong-sepotong.
Demikian disampaikan Ghofar saat menerima kunjungan Studi Banding dan Napak Tilas Yogyakarta dari Korps Mubaligh Muhammadiyah (KMM) Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Jombang, Jatim pada, Rabu (14/9) di Gedoeng Moehammadijah, Jl. KH. Ahmad Dahlan, No 103, Kota Yogyakarta.
Dosen Fakultas Agama Islam UMY ini menuturkan, bahwa sebagai mubaligh Muhammadiyah maka sudah seyogyanya menjadi agen pencerahan dan pembawa peradaban berkemajuan umat manusia. Dirinya berpesan kepada mubaligh untuk merefleksikan aktivitas tabligh mereka dengan aktivitas serupa yang dilakukan oleh pendahulu di Muhammadiyah, seperti Pak AR.
“Kita bisa melihat cara berdakwah yang dilakukan oleh Pak AR. Beliau mampu menjelaskan dengan sederhana persoalan-persoalan yang rumit. Dan yang paling penting yang harus dikuatkan oleh mubaligh Muhammadiyah adalah caranya dalam memahami Agama Islam yang tentu harus secara komprehensif,” ucapnya.
Mengutip buku Islam Sontoloyo yang ditulis oleh Soekarno, Ghofar menekankan supaya mubaligh Muhammadiyah bisa menyebarkan api semangat Islam. Substansi beragama yang benar dan lurus melalui pemahaman Agama Islam yang utuh – komprehensif atau tidak sepenggal.
“Bukan malah mengambil ‘abunya’ saja, yaitu menyebarkan agama dengan sudut pandang yang dangkal, menyebabkan umat alih-alih tercerahkan malah terbawa kepada kegelapan dan makin jauh dari peradaban berkemajuan,” imbuhnya.
Dalam berdakwah Amar Ma’ruf Nahi Munkar, kata Ghofar, juga harus komprehensif tidak berat sebelah. Dakwah itu mengajak kepada kebaikan sekaligus mencegah daripada kemungkaran. Oleh karena itu dirinya mendorong supaya mubaligh Muhammadiyah bisa terjun berdakwah di semua tempat, termasuk di tempat-tempat yang oleh sebagian masyarakat dianggap tabu.
“Kita harus masuk ke segala lini, kita tidak boleh apriori. Sebagai mubaligh harus bisa berdakwah dimana saja. Termasuk di tempat-tempat yang dianggap tabu. Dakwah dengan siapapun itu tidak apa-apa,” sambungnya.
Hits: 18