MUHAMMADIYAH.ID, SULAWESI UTARA – Meski bergerak luas di bidang amal sosial, kesehatan dan pendidikan, identitas Muhammadiyah menurut Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir adalah pergerakan Islam atau Harakah al Islamiyah.
Sementara itu, misi sejati Muhammadiyah menurutnya adalah menjalankan misi dakwah dan tajdid, demikian dijelaskan dalam forum Pendataan dan Pembinaan Masjid-Mushola Muhammadiyah se-Sulawesi Utara, Ahad (27/6).
“Sebagaimana yang sejak awal diletakkan pondasinya oleh Kiai Dahlan dan generasi As Sabiquna Awalun dalam Statuta Muhammadiyah ke-1 tahun 1912 di mana perhimpunan Muhammadiyah adalah perhimpunan untuk menyebarluaskan hal ihwal agama Islam dan memajukan ajaran Islam, saat itu di Karesidensi Yogyakarta dan setelah 1914 untuk seluruh wilayah di Hindia Timur,” jelasnya.
“Menyebarluaskan adalah dakwah dan memajukan adalah tajdid. Sehingga setelah itu dalam AD/ART dikodifikasi, diresmikan bahwa Muhammadiyah adalah gerakan dakwah Amar Makruf Nahi Munkar dan Tajdid, yang ini menjadi identitas Muhammadiyah,” imbuh Haedar.
Karena identitas pergerakan Islam, maka fondasi, orientasi dan nilai cita-cita pergerakan dalam setiap aksinya baik sosial, kesehatan dan pendidikan tidak bisa dilepaskan dari semangat kemanusiaan universal Islam.
“Islam sebagaimana dipahami oleh Muhammadiyah yang telah dijadikan Manhaj dalam Manhaj Tarjih yakni Al Islam yang Ar Ruju’ ilal Quran wa Sunnah yang mengembangkan akal pikiran yang sesuai dengan jiwa dan ajaran Islam dan ijtihad di mana pemahaman Islam kita secara Bayani, Burhani dan Irfani dalam satu kesatuan yang utuh, komprehensif, mendalam, luas, dan melintasi,” katanya.
“Dan dengan karakter itu, Muhammadiyah mampu menggoreskan tinta emas di dalam pergerakannya baik dalam menanamkan pemahaman Keislaman yang mendasar, melintas dan luas tapi juga pada amaliyah Islam yang tersistematisasi secara kelembagaan melalui gerakan pendidikan, kesehatan, pelayanan sosial, pustaka, kemudian juga pengorganisasian tabligh, masjid dan mushola,” terang Haedar.
“Nyaris hampir semua aspek pergerakan Islam itu telah diletakkan pondasinya oleh Kiai Dahlan dan gerakan awal Muhammadiyah. Nah kita tinggal melanjutkan, meneruskan, menyebarluaskan, meningkatkan dan mengembangkan,” jelasnya.
Kini pegiat Persyarikatan dianggap Haedar tak cukup hanya mempertahankan keberadaan Muhammadiyah, tapi juga harus meluaskan gerak Muhammadiyah sebagai wajah mulia peradaban Islam ke dunia luar.
“Kenapa Muhammadiyah bisa bertahan seperti itu dan terus bergerak nyata, menghadirkan amal usaha dan berbagai kegiatan dan aktivitas dakwah? itu karena pondasi Muhammadiyah tadi yang sangat kokoh dalam bingkai Al Harakah Al Islamiyah yang menjalankan misi dakwah dan tajdid,” tutupnya.