MUHAMMADIYAH.OR.ID, CIREBON—Muhammadiyah lahir tahun 1912 ketika dunia memasuki era modern awal abad ke-20. Kala itu Indonesia masih merupakan negeri terjajah dan masih jauh dari kehidupan modern.
Menurut Haedar Nashir, Muhammadiyah tampil menjadi salah satu kekuatan Islam yang mempelopori reformisme dan modernisme, bahkan memfasilitasi kaum perempuan dalam upaya emansipasi di tubuh umat. Tidak keliru jika Muhammadiyah dalam kajian pemikiran Islam dikelompokkan sebagai genre modernisme Islam. Ciri utamanya adalah mereka lebih terfokus bergerak membangun “Islamic society” (masyarakat Islam) daripada perhatian terhadap “Islamic state” (negara Islam).
Fokus gerakannya pada bidang dakwah amar ma’ruf nahi munkar seperti mencerdaskan kehidupan bangsa lewat pendidikan, kesejahteraan sosial, dan lembaga ekonomi lainnya. “Dalam mewujudkan Islam sebagai agama peradaban, Muhammadiyah membangun pranata-pranata modern seperti lembaga pendidikan, kesehatan, sosial, bahkan ekonomi. Semuanya dikelola secara profesional dan modern,” ucap Haedar dalam acara peresmian Gedung 7 lantai Ir. Juanda Universitas Muhammadiyah Cirebon pada Jumat (19/08).
Sebagai gerakan sosial keagamaan, saat ini Muhammadiyah telah memiliki 172 perguruan tinggi dengan total mahasiswa sekitar 600 ribu orang. Jaringan perguruan tinggi di bahwa naungan Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah ini semakin memperkuat serta mempertegas identitas persyarikatan sebagai gerakan Islam yang tidak hanya terbatas pada persoalan-persoalan ritual-ubudiyah, tetapi juga meliputi semua aspek kehidupan sosial kemasyarakatan.
“Anda semua tidak hanya menjadi mahasiswa Universitas Muhammadiyah Cirebon. Tapi Anda semua menjadi bagian dari 172 perguruan tinggi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah, yang jika ditotal mahasiswanya sekitar 600 ribu orang,” tutur Haedar.
Haedar berharap, dengan tumbuh suburnya perguruan tinggi yang dimiliki Muhammadiyah dan Aisyiyah melahirkan insan-insan yang beradab dan berbudi luhur. Sebab, keadaban adalah puncak dari perilaku manusia sebagai homo sapien yang berpijak pada nilai-nilai kebaikan, kepatutan dan keutamaan. Keadaban inilah yang akan memperkokoh peradaban bangsa dan umat Islam.
“Maka pesan saya dengan dibangunnya gedung ini, kita harus menghadirkan perguruan tinggi pertama sebagai pusat untuk membangun keadaban manusia atau sumber daya manusia,” tegas Guru Besar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini.