MUHAMMADIYAH.OR.ID, LAMPUNG—Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir hadir dalam acara peresmian Masjid Baitul Hikmah sekaligus peletakan batu pertama gedung Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Metro, Lampung. Dalam acara yang dilaksanakan pada Selasa (27/09) ini, Haedar mengucapkan rasa bangga atas perkembangan UM Metro yang semakin berkemajuan.
“Kami juga bangga dan menyampaikan penghargaan yang tinggi atas kemajuan yang dicapai oleh UM Metro yang saya sendiri sejak awal ikut beberapa kali ke sini, jadi tahu perkembangannya, sekarang sudah punya tiga kampus, maka kita layak kita sebut Rektor Tuan Tanah,” tutur Haedar.
Menurut Haedar, perkembangan UM Metro ini menunjukkan ada etos kemajuan yang luar biasa yang tumbuh dari rektor dan seluruh jajaran civitas akademika, Badan Pembina Harian (BPH), unsur Persyarikatan dari wilayah sampai daerah yang itu melambangkan jiwa alam pikiran dan orientasi tindakan Muhammadiyah di manapun berada yang selalu haus akan kemajuan.
Bersama dengan UM Metro, saat ini Muhammadiyah tercatat memiliki 173 perguruan tinggi, termasuk di Malaysia. Haedar kemudian membeberkan kunci mengapa Muhammadiyah memiliki etos kemajuan, terutama dalam pengembangan fasilitas-fasilitas sosial. Menurutnya, paham Islam Berkemajuan yang telah memberikan tenaga, motivasi, dan dorongan agar menjadi umat yang memberikan risalah pencerahan dan rahmat semesta alam yang melintas batas.
“Kita ini organisasi Islam. Islam itu agama yang membawa kita, mendorong kita, memotivasi kita, bahkan memerintahkan kita untuk menjadi umat yang maju dan mengembangkan kemajuan itu yang dalam Muhammadiyah disebut bahwa islam itu din al-hadharah, islam itu agama yang membangun peradaban kemajuan,” ucap Haedar.
Haedar menjelaskan bahwa wahyu pertama yang diturunkan kepada Rasulullah bukan tentang salat, tetapi iqra’(QS. Al Alaq 1-5). Iqra’ ini bukan hanya membaca secara verbal/teks tapi juga membaca alam semesta, mengkaji, mengeksplorasi dan seluruh kegiatan berpiki. Dengan iqra’ itulah Islam maju selama 23 tahun di Madinah dan Mekkah, mampu mengubah Bangsa Arab yang jahiliyah/bodoh menjadi Al Madinah Al Munawwarah bangsa yang berkeadaban, cerah, dan mencerahkan.
“Apa yang saya sampaikan itu menunjukkan bahwa agama Islam bukan hanya tertera dalam Al Qur’an dalam spirit iqra’, tetapi juga mewujud dalam kehidupan nyata bangsa-bangsa, bukan lagi satu bangsa,” tutur Haedar.
Selain itu ungkapan Iqra, dalam kitab suci juga termaktub QS. Al Ma’un. Sejak tatusan tahun lalu umat Islam telah hafal ayat ini, dibaca dalam salat, tetapi tidak mengubah apapun. Di tangan seorang KH. Dahlan diubah menjadi harakah untuk perubahan. Dari spirit Al Maun ini, lahir rumah sakit, panti asuhan, dan rumah yatim, kemudian lahir gerakan sosial dan pemberdayaan perempuan dengan lahirnya ‘Aisyiyah.
“Saat itu bangsa Indonesia terjajah, budayanya budaya patriarki. Kemudian memandang kalau perempuan itu hanya urusan domestik, dapur, sumur, diubah oleh Kyai Dahlan, perempuan harus dakwah, perempuan harus menjadi pendidik, perempuan harus jadi dokter, perempuan harus jadi insinyur, perempuan harus jadi ilmuwan, perempuan harus masuk ke ruang publik, maka lahirlah ‘Aisyiyah,” terang Haedar.
Hits: 20