MUHAMMADIYAH.ID, YOGYAKARTA – Bersama ratusan kader dan alumni IPM seluruh Indonesia yang hadir dalam Tazkiyah Daring mendiang Dr. Anjar Nugroho, Selasa (15/12) Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir tak bisa menyembunyikan gurat kesedihan pada wajahnya.
“Terasa ada ruang kosong di hati kami dengan kepergian adik kami Dr. Anjar Nugroho yang dalam perjalanan hidupnya sedemikan rupa berkhidmat untuk Persyarikatan. Tapi Allah telah menggariskan ajalnya untuk adik kami dan berlaku untuk semua hamba Allah di muka bumi, PP Muhammadiyah secara khusus menyampaikan takziah dan duka cita yang sedalam-dalamnya kepada Bu Anjar, putra tercinta dan keluarga besar,” pesan Haedar.
Bagi Haedar, sosok mendiang Anjar Nugroho merupakan kader langka yang dimiliki Muhammadiyah selepas tokoh teladan seperti Kiai AR Fahruddin.
“Dik Anjar adalah sosok kader yang gigih, sungguh-sungguh, tapi juga memiliki pemikiran dan visi yang luas. Saya sebagai senior sering membaca tulisan dan buku-buku beliau yang menggambarkan pemikirannya menjelajah banyak jendela, termasuk kader IPM yang inklusif di dalam pemikirannya,” kenang Haedar.
Tak hanya membesarkan Persyarikatan, lebih lanjut Haedar juga mengenang bahwa mendiang Anjar Nugroho memiliki banyak jejak amal salih dan amal jariyah. Menurutnya, mendiang semasa hidup rajin menyantuni kaum dhuafa.
Pesan Khusus untuk Para Kader
Rektor Universitas Muhammadiyah Purwokerto Dr. Anjar Nugroho dinyatakan wafat pada Selasa, (15/12) pukul 04.05 di RS Kariadi Semarang karena serangan jantung. Kepergian Dr. Anjar tak pelak menimbulkan kesedihan di kalangan warga Persyarikatan karena pergaulan dan kiprahnya yang luas.
“Bagi kita kader Muhammadiyah, tirulah jejak adik kami yang begitu berkhidmat sepenuh hati membesarkan Muhammadiyah. Beliau tidak pernah berhenti belajar. Dalam takziah ini kami berpesan pada kader-kader, mari kita lanjutkan jejak amal jariah dan ilmu amaliah yang telah dirintis oleh Mas Anjar,” pesan Haedar.
Sepeninggal mendiang, Haedar berharap para kader mengambil teladan ruhaniah yang dicontohkan oleh mendiang melalui kerja yang gigih, amanah, dan memberikan kemanfaatan luas pada masyarakat luas.
“Kematian harus menjadi hikmah bagi kita yang masih hidup bahwa satu menit sangat bermakna karena itu jangan kita sia-siakan di tengah gelombang hidup yang begitu rupa, yang serba penat, serba marah, serba teralienasi karena ketidakmampuan kita. Seorang muslim, kader, dan Pimpinan Muhammadiyah jangan pernah kehilangan hikmah di dalam dirinya,” tutup Haedar. (afn)