MUHAMMADIYAH.ID, JAKARTA – Dibandingkan dengan isu politik, tema-tema ekonomi hingga saat ini masih sering dianggap remeh oleh banyak umat Islam. Tak heran, kondisi perekonomian umat secara garis besar masih tertinggal.
Dalam upaya memajukan penguatan ekonomi, Muhammadiyah telah mengamanatkan pada Muktamar Muhammadiyah ke-47 di Makassar tahun 2015 untuk menjadikan ekonomi sebagai pilar ketiga Muhammadiyah.
Agar amanat tersebut mengalami akselerasi, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mendorong penguatan peran Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan (MEK) PP Muhammadiyah sebagai pemimpin ikhtiar Persyarikatan di bidang ekonomi.
Dalam Refleksi Akhir Tahun MEK PP Muhammadiyah, Jumat (24/12), Haedar meminta MEK mempercepat konektivitas unit-unit bisnis di Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) sekaligus membuat big data dan jaringan unit-unit bisnis di luar AUM.
“Misalnya data Perusahaan Terbatas dan usaha-usaha ekonomi sudah berapa ratus yang ada di daerah-daerah, tinggal bagaimana di posisi ini regulasi kita itu memberi dorongan pada tiga hal,” kata Haedar. Tiga hal itu adalah advokasi akses pengembangan bisnis, akses modal, dan pengkaderan para manajer bisnis.
Haedar menilai banyak unit usaha di Muhammadiyah tidak berkembang karena minimnya akses pengembangan, pendampingan dan akses modal. Di sisi lain, dirinya juga menilai Muhammadiyah kekurangan kader yang khusus disiapkan untuk menjadi para manajer yang mampu mengkapitalisasi bisnis.
“Manajer yang menerjemahkan dan mampu mengkapitalisasi bisnis ini perlu ditumbuhkan sehingga para saudagar itu juga disertai dengan mendidik para manager dari kader-kader IPM, IMM, harus didorong kesitu,” pesannya.
Untuk melakukan akselerasi ini, Haedar berharap adanya dukungan dari semua pihak di Persyarikatan termasuk para mubaligh dan pimpinan untuk bersama-sama membangun narasi ekonomi dengan fokus dan telaten.
“Terakhir semuanya itu bisa berkembang, kalau MEK fokus ke programnya. Teman-teman di MEK juga harus menjadi penyuplai pikiran untuk ke situ. Jangan terpecah oleh isu-isu politik dan lain-lain yang bikin persoalan-persoalan itu pecah konsentrasi,” pesannya.
Kendati pun isu politik penting, tetapi menurut Haedar umat Islam tetap tidak berdaya selama posisinya di dalam penguasaan ekonomi masih tertinggal.
“Ini memerlukan dukungan dari mubaligh dan pimpinan-pimpinan Muhammadiyah sehingga tadi gerak ekonomi itu menjadi satu sistem kesatuan yang terintegrasi,” pungkasnya.