MUHAMMADIYAH.OR.ID, MALANG – Islam itu selalu memiliki konsep yang jelas. Konsep itu diwujudkan dalam sifat superlatif (selalu punya kualitas sifat di mana kualitas itu melekat). Misalnya tentang ciri orang-orang yang baik, ada konsep al muhsin. Di mana mereka berkategori baik itu memiliki ciri al muhsin, seperti, orang yang bertakwa, tauhidnya tinggi, lalu sebagaimana hadis nabi, al muhsin itu puncaknya adalah ihsan yakni orang yang memiliki kualitas habluminallahnya kuat dan habluminannasnya kuat.
Begitu disampaikan Haedar Nashir, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah dalam acara Pengajian Akbar Pimpinan Muhammadiyah Kabupaten Malang, Ahad (25/9).
Contoh lainnya, kata Haedar, konsep Qurrota Ayun, di mana itu ada dalam doa sehari-hari. Doa itu sebagai wujud ikhtiar kita untuk dapat meraih Qurrota Ayun. Kemudian dalam hal keluarga, ada yang namanya konsep keluarga sakinah. Keluarga sakinah menjadi bentuk kualitas yang selalu dilekatkan dalam persoalan keluarga.
“Naik lagi kalau untuk tingkat ummah, itu ada khaira ummah,” kata Haedar.
Melalui surat Ali Imron ayat 104, kemudian juga 110 yang menjadi pondasi berdirinya Persyarikatan Muhammadiyah, lanjut Haedar, berisi perintah tentang bahwa kita ini dalam membangun umat atau orang itu harus umat yang terbaik.
Salah satu cirinya, ada di dalam Surat Al-bawarah 143 yakni umat tengahan tetapi dia juga punya peran sebagaimana Rasul. Umat yang memang punya sifat adil, damai, tetapi juga berperan untuk membangun kehidupan.
Haedar melanjutkan dalam sketsa yang lebih besar lagi ada konsep Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur. Konsep tersebut berisi cita-cita tentang memiliki dunia atau negara yang diidealkan.
“Dengan konsep-konsep tersebut Islam menjadi agama yang jelas untuk membangun kehidupan yang kehidupan itu bersifat yang membangun kehidupannya itu bersifat tawasut, tawazun, ada ruhaniyahnya, ada jasmaninya, ada duniawiyahnya ada ukhrawinya, ada aspek intelektualnya, ada aspek ruhaninya, bahkan ada aspek fisiknya,” jelas Haedar.
“Dari semua konsep inilah yang sesungguhnya digarap dan terus dilakukan dan terus diikhtiarkan Muhammadiyah ‘Aisyiyah dan seluruh komponen Persyarikatan termasuk amal usahanya,” sambungnya.
Termasuk dalam bidang pendidikan, misal SMA/SMK dengan adanya mata pelajaran Al Islam dan Kemuhammadiyahan itu diharapkan agar menjadi generasi yang qurrota ayun, generasi khairu ummah.
“Di mana nilai-nilai agama itu hidup menjadi kepribadian anak, kepribadian kita, bahkan fitrah kita, alam pikiran kita, lebih jauh lagi menjadi orientasi tindakan kita, yang selalu mengarahkan perjalan hidup kita, itulah fungsi utama agama,” terangnya.