MUHAMMADIYAH.OR.ID, LAMONGAN– Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PP Muhammadiyah mengapresiasi petani muda yang tergabung dalam Jamaah Tani Muhammadiyah (JATAM), yang terus berusaha memangkas ketergantungan terhadap bahan kimia dan beralih ke bahan organik dalam proses budidaya.
Adib Noorhadi, Anggota MPM PP Muhammadiyah yang fokus dalam pengelolaan JATAM saat dimintai keterangan melalui sambungan media sosial pada (25/10) mengatakan, bahwa keberadaan JATAM di setiap daerah merupakan usaha MPM dalam melembagakan petani supaya meningkat daya tawarnya.
Adib menambahkan, bahwa yang menjadi visi utama JATAM adalah kemandirian petani dan pertanian sehat ramah lingkungan, termasuk kreatifitas dan pengalaman di masing-masing daerah dalam memproduksi pupuk organik dan pestisida ramah lingkungan.
Menurutnya, petani saat ini memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap produk pestisida maupun pupuk kimia. Namun ada usaha dari petani milenial JATAM yang patut diapresiasi, sebab berkat keberanian mereka melakukan sesuatu di luar kebiasaan lama berhasil menaikan daya saing petani yang tergabung dalam JATAM.
“Yang patut diapresiasi dari petani muda/milenial adalah keberanian melakukan sesuatu dari kebiasaan lama,” ucapnya.
Melalui eksplorasi informasi, perluasan dan pendalaman pengetahuan, eksperimentasi aplikasi teknologi, dan berbagi informasi menjadikan kaum muda/milenial menjadi harapan masa mendatang bagi petani. Sehingga pengalaman dan informasi menjadi milik umum yang bersifat diskursus.
“Positifnya kritik dan masukan informasi baru mengkayakan pemahaman dan pengalaman. Dan ini yang sedang terjadi pada praktik-praktik pertanian oleh kaum muda. Diseminasi informasi dan teknologi tidak terkurung dalam lembaga-lembaga formal yang kaku dan rigid,” imbuhnya.
Sementara itu, Muahmmad Muchsin petani muda sekaligus Ketua JATAM Lamongan melaporkan bahwa saat ini lahan padi miliki anggota JATAM di daerahnya sebentar lagi akan panen dan memperlihatkan hasil yang menggembirakan.
“Bukan hanya sekedar berani tapi juga sangat yakin dengan olah lahan dan perawatan padinya dengan cara sehat dan menyehatkan, tanpa pupuk sintesis dan pestisida sintesis. Hanya merawat agroekosistem, tidak membakar jerami, dan menambahkan nutrisi dari ramuan-ramuan buatan petani sendiri,” ungkap Muchsin.