MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA— Usia Organisasi Otonom (Ortom) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) sudah menginjak usia 58 tahun, Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Abdul Mu’ti sampaikan empat pesan yang harus dipegang oleh kader IMM.
Pertama harus memiliki kebanggaan atas identitas IMM yang melekat pada diri kader. Berulang kali Mu’ti menekankan akan pentingnya hal ini. Menurutnya, bangga atas identitas IMM bisa dimulai dengan langkah yang sederhana, yakni menyapa kader IMM lain dengan menyebutkan identitas dirinya sebagai kader.
Kekinian, menurut Mu’ti, seringkali penyematan nama Immawan dan Immawati jarang digunakan meski dalam lingkup organisasi. Ia menegaskan bahwa ini penting sebagai ungkapan menunjukkan identitas, maupun soliditas dalam ber-IMM.
“Ini simple tetapi penting. Kalau kita kembali ke sejarah pergerakan itu kan mereka saling memanggil sesama aktivis gerakan itu dengan panggilan bung, panggilan bung itu panggilan perjuangan,” tutur Mu’ti pada (14/3) di acara Sarasehan Milad ke-58 IMM yang diadakan IMM Cabang Ciputat.
Kedua, menjadi kader Ortom IMM yang ‘khadir’ atau ada. Eksistensi kader IMM di permukaan publik bukan hanya sebatas ada, namun berdampak pada perubahan yang lebih baik. Bahwa kehadiran IMM membawa kemajuan. Sebab itu kehadiran IMM tidak hanya sebagai pelengkap, melainkan harus memberi arti maupun makna penting untuk perubahan.
Ketiga, sebagai kelanjutan dari yang kedua maka kader IMM harus memiliki kualitas tersendiri. Kualitas kader IMM harus berbeda dan di atas rata-rata, atau kualitas yang mampu untuk mengisi ruang-ruang yang kosong. Relasi antara pesan kedua dan ketiga ini, bisa jadi kader IMM itu merupakan sosok yang tidak disukai namun bersamaan juga tidak bisa ditinggalkan.
“Bagaimana kualitas kader IMM harus diverse, karena itu apapun potensi dan bakat yang kita miliki, semuanya bermakna dan semuanya penting. Diversifikasi kader IMM ini yang saat ini kita perlukan,” ucap Mu’ti pesan keempat yang harus dipegang oleh kader IMM.
Secara lebih spesifik, baik itu di IMM maupun di Muhammadiyah secara umum Abdul Mu’ti menyebut bahwa saat ini kekurangan kader seniman. Jenis kader seperti ini diharapkan bisa menghidupkan sisi dakwah Muhammadiyah yang jarang tersentuh. Menurutnya, sisi-sisi lain termasuk seni penting untuk memperlancar dakwah Muhammadiyah.
Pesan keempat yang harus dipegang oleh kader IMM menurut Mu’ti adalah sungguh-sungguh. Kader IMM tidak boleh merasa cukup menjadi aktivis, tapi harus jadi pemimpin. Sebab di beberapa tempat, Mu’ti sering menjumpai kader IMM, akan tetapi keberadaan mereka bukan sebagai decision maker.
“Menurut saya, totalitas untuk memilih potensi apa yang kita kembangkan itu menjadi bagian dari orkestrasi IMM sebagai gerakan jamaah. Karena itu maka kita harus sejak awal memiliki spesialisasi,” tutur Mu’ti.