MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA—Gerakan pencerahan sebagaimana yang dilakukan oleh Muhammadiyah mengandung empat kata kunci, yakni transformatif, membebaskan, memberdayakan, dan memajukan kehidupan masyarakat.
Gerakan pencerahan yang dilakukan harus mewujud ke dalam seluruh bidang dan lapangan usaha Muhammadiyah. Asep Purnama Bahtiar melanjutkan, bahwa tidak boleh berhenti hanya dalam pemikiran semata, tetapi harus membumi menjadi gerakan praksis.
Di acara Pengajian Ramadan 1443 H Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah yang berlangsung secara hybrid pada, Kamis (7/4) tersebut, Asep menjelaskan bahwa gerakan pencerahan itu berdampak pada tercerahkannya umat, bangsa, dan kemanusiaan universal.
Berkembangnya islamisme populis seperti sekarang ini, imbuh Asep, maka kader-kader muda Muhammadiyah tidak boleh tercerabut dari akar Kemuhammadiyahannya dan senantiasa memgang empat kata kuncinya, yakni transformative, membebaskan, memberdayakan, dan memajukan.
Pada era kekinian, pengembangan dakwah gerakan pencerahan diaktualisasikan melalui model dakwah berbasis komunitas. Menurutnya, model gerakan ini untuk menggarap berbagai kelompok sosial yang heterogen dan berkembang pesat dalam kehidupan masyarakat kekinian.
“Komunitas milenial tersebut menjadi lahan dakwah bagi Persyarikatan Muhammadiyah, ini sangat logis bahwa ini bukan hanya tugas Ortom yang dikategorikan AMM Angkatan Muda Muhammadiyah, tapi keseluruhan Persyarikatan Muhammadiyah,” imbuhnya.
Model dakwah Muhammadiyah yang dinamis merupakan usaha Muhammadiyah untuk kompatibel dengan zaman. Hal ini menurut Asep senada dengan pesan yang disampaikan oleh Kiai Ahmad Dahlan “Muhammadiyah sekarang ini lain dengan Muhammadiyah yang akan datang. Maka teruslah kamu sekolah, menuntut ilmu….. dan kembalilah kepada Muhammadiyah”.
Selain itu, empat kata kunci gerakan pencerahan dakwah Muhammadiyah ini harus dipegang teguh dimanapun kader berada. Terkait dengan persebaran kader Muhammadiyah, hal ini sudah diprediksi juga oleh Kiai Dahlan, “Kelak anak-anak kita akan tersebar bukan saja di seluruh Indonesia, kemungkinan juga di seluruh dunia…..”
“Jadi tidak bisa kita anti perubahan dan menolak realitas yang terus berkembang, jadi menafikkan atau melihat sebelah mata itu bukan pandangan yang bijak atau bukan pandangan yang realistis terhadap kondisi dunia yang berubah itu”. Ungkapnya.
Hits: 430