MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA—Pada Resepsi Milad ke-104 Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta, Sabtu (26/11), Duta Besar Luar Biasa Berkuasa Penuh (Dubes LBBP) RI untuk Lebanon, Hajriyanto Y. Thohari sebut santri mu’allimaat sebagai agen atau kader yang kosmopolitan.
Hajri menjelaskan, bahwa istilah kosmopolitan merupakan perpadanan kata dari warga negara sekaligus warga dunia. Di Lebanon, sambungnya, sudah ada sekolah atau lembaga pendidikan yang ingin mendidik dan melahirkan siswa yang siap menjadi warga dunia. Hal ini menurutnya, memiliki kesamaan dengan mu’allimaat.
“Sisiwi-siswi Mu’allimaat ini ingin menjadi alumni-alumni yang nanti siap menjadi warga dunia.” Ungkapnya.
Oleh karena itu, skill mendasar yang harus dikuasai oleh santri adalah bahasa-bahasa asing, setidaknya Bahasa Arab dan Inggris. Jumlah penguasaan tersebut lebih sedikit ketimbang yang dikuasai oleh anak-anak Lebanon, di mana setelah lulus pendidikan sekolah dasar mereka didorong untuk menguasai empat bahasa.
Bahkan jika memungkinkan, santri Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta juga bisa menjadi polyglot atau orang menguasai banyak bahasa. Bahasa sebagai skill mendasar yang harus dikuasai sebagai calon warga dunia, selain itu penguasaan bahasa akan membantu mempermudah dalam melakukan gerakan internasionalisasi Muhammadiyah.
Mendengar paparan dari Ketua BPH Mu’allimin-Mu’allimaat Agung Danarto dan Direktur Madrasah Mu’allimaat, Unik Rasyidah, Harjiyanto mengaku takjub dengan keinginan untuk mendiasporakan kader ke luar negeri.
“Dengan menguasai bahasa Inggris, Perancis dan bahasa Arab, amaka anak-anak sekalian akan siap berdiaspora, melakukan internasionalisasi menjadi warga negara dunia, kosmopolitan,” ungkapnya.
Anggota PP Muhammadiyah periode 2019-2022 ini menambahkan, jika ingin menjadi warga dunia yang kosmopolitan tentu yang tidak boleh dilupakan adalah berhijrah. Dalam pengalamannya, melalui hijrah akan menemukan banyak hal yang selama ini belum atau tidak didapatkan di negara atau kampung halaman.
“Maka anak-anak sekalian harus siap hijrah, untuk siap hijrah sekarang harus belajar bahasa asing sebanyak-banyaknya. Karena belajar pada masa kecil itu seperti mengukir di atas batu, tidak hilang-hilang. Tapi kalau belajar bahasa itu setelah dewasa, setelah tua ibarat mengukir di atas air,” tuturnya.