MUHAMMADIYAH.OR.ID, PURWOKERTO—Hadirkan para pakar pendidikan pesantren dan cendekiawan Muhammadiyah, Lembaga Pengembangan Pesantren Muhammadiyah (LP2M) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah angkat isu Pesantren Muhammadiyah Berkemajuan dan Tantangan Masa Depan.
Ketua LP2M PP Muhammadiyah, Maskuri dalam sambutan di acara Seminar Pra Muktamar tersebut pada, (6/8) di UM Purwokerto menyampaikan bahwa perkembangan pesantren Muhammadiyah begitu dinamis. Pada 2015 hanya berjumlah 127 pesantren, dan kini pada 2022 sudah bertambah menjadi 425 pondok pesantren Muhammadiyah.
“Sudah bertambah sebanyak 425 pondok pesantren Muhammadiyah yang tersebar di 20 provinsi, ada 7 provinsi yang belum ada pesantrennya”. Ucap Maskuri.
Dia merinci provinsi tersebut antara lain Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, Maluku, dan Papua. Kedepan LP2M PP Muhammadiyah merencanakan di setiap Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) akan memiliki pondok pesantren Muhammadiyah. Saat ini di Provinsi Papua sedang dipersiapkan pondok pesantren Muhammadiyah.
Perkembangan ini selain menggembirakan, namun disisi lain juga merupakan tantangan. Tantangan tersebut di antaranya adalah masih terkendala minimnya jumlah pengajar lulusan pesantren Muhammadiyah. Maskuri menuturkan, bahwa selama ini pengajar di pondok pesantren Muhammadiyah kebanyakan lulusan dari luar Muhammadiyah.
Sementara itu, Wakil Ketua PWM Jawa Tengah, Prof. Daelamy menuturkan bahwa realitas yang disebutkan oleh Maskuri tersebut akan melahirkan banyak mazhab atau varian di pesantren Muhammadiyah. Pengajar yang berasal dari luar Muhammadiyah tersebut kemudian memberi corak sendiri-sendiri di pesantren Muhammadiyah.
“Inilah yang perlu diperhatikan oleh kita, bagaimana menyatukan berbagai mazhab menjadi pola Muhammadiyah,” ucapnya.
Selain itu, tantangan lain yang ditemukan di lapangan menunjukkan bahwa tidak sedikit mudir pondok Muhammadiyah yang baru mengenal Muhammadiyah. Termasuk banyak ustadz/ustadzah atau pengajar yang perlu dimuhammadiyahkan. Prof. Daelamy mengingatkan supaya jangan hanya memakai nama Muhammadiyah, tapi dimuhammadiyahkan tidak mau.
Menurutnya, kenyataan tersebut menjadi pekerjaan besar bagi Persyarikatan Muhammadiyah. Dirinya mendorong selain melakukan perbaikan mutu, juga dilakukan perbaikan ideologisasi Muhammadiyah, sekaligus juga melakukan perbaikan sarana dan prasarana pondok pesantren agar siap dan mampu menampung lebih banyak santri.
Acara yang digelar secara hibrid di Aula AK Anshori Gedung Rektorat lt 3 UMP itu dihadiri oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Prof. Muhadjir Effendy, Wakil Ketua PWM Jawa Tengah Prof. Dr. Daelamy, Ketua LP2 PPM, Maskuri, dan Rektor UMP Jebul Suroso.
Hadir sebagai pemateri dalam tema Strategi Pengembangan Pesantren Muhammadiyah Berkemajuan yakni Prof. Amin Abdullah, Prof. Agus Purwanto, Muhbib Abdul Wahab, Prof. Chairil Anwar. Sementara untuk subtema Sistem Pembelajaran, Manajemen dan Kepemimpinan Pesantren Muhammadiyah Berkemajuan yaitu Khoiruddin Bashori, Muamaroh, Maskuri, dan Jebul Suroso