MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA – Pada zaman Nabi Musa hidup seseorang yang sangat miskin namanya Qarun. Ia samasekali tidak mampu menafkahi anaknya yang jumlahnya begitu banyak. Bosan dengan keadaannya, Qarun meminta Nabi Musa untuk mendoakannya agar Allah memberikan kekayaan. Allah pun mengabulkannya, namun sebagaimana yang tertulis dalam surah al-Qashash ayat 76 dikisahkan bahwa Qarun malah memamerkan kekayaannya.
Setelah menjadi konglomerat yang bergelimang harta, Qarun tidak mengindahkan nasihat orang-orang mukmin untuk bersyukur atas nikmat limpahan harta. Qarun menolak dan berkata dengan pongah, seperti dikutip dari surah al-Qashash ayat 78, ”Sesungguhnya, aku hanya diberi harta itu karena ilmu yang ada padaku.”
Dari kisah Qarun ini, Ketua PP Muhammadiyah Anwar Abbas menerangkan bahwa sebagai orang beragama, apa yang diraih itu bukanlah semata-mata kehebatan kita, melainkan ada peran Allah di dalamya. Selain itu, dari kisah Qarun, Abbas mengungkapkan bahwa negeri kita di tengah pandemi sedang mengalami krisis multidimensi yang membuatnya kita harus semakin mendekatkan diri pada pertolongan Allah.
Saat pertama kali Covid-19 mengetuk pintu negeri kita, kata Abbas, pemerintah yang dibantu segenap elemen masyarakat menginstruksikan untuk mengurung diri. Pengurungan tersebut agar segenap penduduk selamat dalam keadaan sehat di tengah pandemi. Akan tetapi, dengan mengurung diri kualitas ekonomi mengalami krisis. Karena ekonomi dan kesehatan juga ikut krisis, maka melahirkan krisis sosial. “Misalnya pencurian, begal, dan lain-lain,” ungkapnya dalam diskusi yang tayang di TvMu pada Kamis (28/01).
Dalam mengatasi krisis kesehatan dan ekonomi sebagai akar dari krisis sosial di tengah pandemi ini, Abbas menilai pemerintah tidak akan mampu berbuat sendiri mengatasinya. Kerjasama yang terjalin antara pemerintah dan elemen masyarakat sangat dibutuhkan dalam mencari solusi dari krisis multidimensi ini. “Bagaimana sekarang antara pemerintah dan masyarakat dapat saling percaya,” tutur Abbas.