MUHAMMADIYAH.ID, JAKARTA – Kembali ke akar (radikal) adalah baik di dalam agama. Fondasi Islam yaitu Alquran dan Sunnah bahkan dinamakan sebagai ushul (asal/akar) yang menandakan pentingnya seorang muslim berlaku radikal di dalam mengambil sumber ajaran agamanya.
Akan tetapi, upaya kembali ke akar akan menjadi buruk jika telah melembaga menjadi suatu paham yang dikenal dewasa ini sebagai radikalisme.
Guru Besar Emiritus Universitas Muhammadiyah Surakarta Abdul Munir Mulkhan bahwa radikalisme tidak hanya meyakini bahwa beragama harus kembali ke akarnya, tetapi juga memaksa yang lain untuk sependapat dan mengikuti pahamnya.
“Saya melihat radikal itu tidak selalu jelek. Tapi kalau sudah menjadi ‘isme’ itu jelek karena memaksa orang mengikuti dirinya, ada pemaksaan biarpun niatnya baik. Radikalisme itu satu sikap yang melebihi kekuasaan Tuhan,” jelas Mulkhan yang juga anggota Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah tersebut, Kamis (25/2).
Dalam Diskusi Kebangsaan Islam Nusantara Center, Mulkhan menyebut bahwa orang radikalis melampaui sifat Allah karena Allah sendiri (sebagaimana dalam Surat Al Kahfi ayat 29) membebaskan pilihan manusia untuk beriman atau tidak dengan konsekuensi masing-masing.
Tuhan sendiri bahkan dalam Surat Yunus ayat 99 tidak berkehendak instan untuk menjadikan semua orang di muka bumi menjadi Muslim meskipun itu sangatlah mudah bagi-Nya.
“Sehingga dakwah Islam itu mengajak, bukan memaksa,” pesan Mulkhan.
Hits: 85