MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA – Muhammadiyah telah banyak berkhidmat untuk negeri melalui banyak kegiatan. Muhammadiyah telah banyak berkhidmat dalam bidang kemanusiaan melalui rumah sakit, Lazismu, MDMC dan lainnya. Selain kegiatan kemanusiaan, Muhammadiyah juga terus mengembangkan kuantitas dan kualitas amal usaha Muhammadiyah (AUM).
“Di beberapa daerah berdiri perguruan tinggi baru. Beberapa Sekolah Tinggi, Institut, dan Akademi bergabung atau berubah status menjadi Universitas. Tidak sedikit sekolah, madrasah, pesantren, dan perguruan tinggi berprestasi dan mendapatkan pengakuan di tingkat nasional dan internasional,” ungkap Abdul Mu’ti, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Sabtu (4/8).
Perkembangan Muhammadiyah tidak berhenti di sana, memasuki memasuki era Revolusi Industri 4.0, Muhammadiyah mendirikan Muhammadiyah Cyber University. Internasionalisasi Muhammadiyah juga semakin kuat dengan diterbitkannya ijin Universitas Muhammadiyah Malaysia (UMaM).
“Proses perijinan operasional Muhammadiyah Australia College di Melton, Victoria, Australia, yang Insya Allah segera terbit, berdirinya Muhammadiyah Thailand, pengakuan badan hukum Muhammadiyah oleh Pemerintah Jepang dan sebagainya,” tuturnya.
Kemudian, melalui Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC), Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) dan kiprah warga Persyarikatan dalam bidang kesehatan dan kemanusiaan, Muhammadiyah mendapatkan apresiasi dari Pemerintah Indonesia dan World Health Organization (WHO).
“Tidak berlebihan jika para analis berpendapat bahwa Muhammadiyah adalah gerakan internasional. Sangat membanggakan. Dan yang lebih membanggakan lagi, semua prestasi dan predikat tersebut diraih dan disematkan dalam masa pandemi. Keterbatasan mobilitas raga, justeru membangkitkan asa dan jiwa warga Persyarikatan untuk beramal dengan spirit, nilai-nilai, dan ajaran Islam,” kata Mu’ti.
“Demikian halnya dengan kegiatan dakwah, pengajian, dan pengkajian. Memenuhi fatwa Tarjih, tuntunan ibadah, dan himbauan PP Muhammadiyah kegiatan dakwah dilaksanakan secara daring dan ibadah dilaksanakan di rumah, termasuk ibadah Idul Fitri, Idul Adha, Tarawih, dan kegiatan ibadah lainnya,” tambahnya.
Mu’ti melanjutkan penguasaan dan sikap positif terhadap teknologi memungkinkan warga Persyarikatan menyelenggarakan pengajian dan pengkajian online dengan jangkauan, jaringan, dan jamaah yang luas dan melintas batas. Untuk pertama kali, Munas Tarjih diselenggarakan secara daring dan ternyata berlangsung dengan baik serta menghasilkan keputusan yang mencerahkan. Salah satu keputusan Munas Tarjih yang mendapatkan sambutan luas dari umat Islam adalah perubahan waktu shalat Shubuh.
“Fatwa Tarjih dan keputusan Tarjih diikuti tidak hanya oleh warga Persyarikatan tetapi juga umat Islam di luar warga Persyarikatan. Realitas ini seharusnya menumbuhkan rasa percaya diri dan Kepatuhan warga Persyarikatan terhadap manhaj dan ideologi Muhammadiyah,” lanjut Mu’ti.
Mu’ti mengatakan bahwa kondisi pandemi covid-19 merupakan ujian bagi umat manusia atas iman, solidritas sosial, solidaritas organisasi dan gerakan. “Covid-19 adalah salah satu parameter kekuatan dan kelemahan organisasi. Kita bersyukur warga Persyarikatan tetap solid di masa sulit.
Menurut Mu’ti kedewasaan berorganisasi membuat Persyarikatan menjadi tahan uji. Soliditas gerakan tidak hanya menjadikan Persyarikatan terus bergerak, tetapi juga mendapatkan kepercayaan dari berbagai pihak. “Beberapa kementerian, Bank Indonesia, Kepolisian, KADIN, dan lembaga-lembaga di Indonesia telah bekerjasama dengan Muhammadiyah. Asian Muslim Charity Foundation (AMCF) dan negara-negara seperti Singapura, Australia, Jepang, Inggris, Thailand, Amerika Serikat, Italia, Arab Saudi dan Mesir menyatakan akan melanjutkan dan memperluas kerjasama dengan Muhammadiyah,” paparnya.
Peran serta, sikap, dan pandangan Muhammadiyah dalam masalah-masalah kebangsaan, kenegaraan, dan kemanusiaan di tingkat nasional dan internasional menjadi cukup konstruktif dan mendapatkan sambutan yang baik. Pernyataan yang jernih dari unsur Pimpinan dan organisasi dalam menyikapi berbagai persoalan berkontribusi dalam membangun suasana kehidupan kebangsaan yang rukun, aman, dan damai.
“Muhammadiyah yang teduh adalah adalah salah satu faktor penting yang membuat bangsa Indonesia tetap utuh. Muhammadiyah yang teguh, lurus dan maju memberikan optimisme bangsa untuk tetap bersatu mewujudkan cita-cita menjadi negara yang adil dan makmur, baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur,” pungkasnya.