MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA– Dalam kondisi krisis, umat Islam di Indonesia bisa terlihat menjadi 3 jenis. Menurut Ahmad Norma Permata yang pertama adalah umat Islam ‘cap bumi’ yaitu umat Islam yang ketika menghadapi kondisi krisis mereka mendatangi kuburan.
Jenis pertama ini, kata Ketua Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting PP Muhammadiyah, mereka meyakini bahwa dunia yang tampak ini dipengaruhi oleh dunia yang tidak tampak. Sehingga jika mereka mengalami kesulitan dengan dunia yang tampak, maka mereka membutuhkan komunikasi dengan penguasa dunia yang tidak tampak.
“Ini naluri seringkali tidak tergantung tingkat pendidikan, karena ini soal sosialisasi, soal kebiasaan. Solusi inspirasi si itu dicari di dunia spiritual,” tuturnya pada Jumat (23/4) dalam pengajian Ramadhan PWM DIY.
Jenis kedua adalah umat Islam ‘cap matahari’. Pada saat menghadapi krisis, ciri jenis kedua umat Islam ini adalah melakukan konsolidasi, musyawarah dan rapat untuk mendiskusikan bagaimana cara menyelesaikan masalah. Mereka percaya bahwa kehidupan itu bisa dihadapi dengan akal, karena akal menurut mereka adalah anugerah tertinggi yang diberikan kepada manusia.
Selanjutnya, yang ketiga adalah umat Islam ‘cap bulan-bintang’. Jenis ini dalam menghadapi situasi krisis mereka akan kritis. Kelompok ini akan mencari pihak yang bertanggung jawab dalam setiap menghadapi masalah krisis.
“Kalau dalam kondisi normal, ketiganya akan sulit dibedakan kecuali mereka pakai seragam. Tapi dalam kondisi kritis-krisis mereka akan kelihatan, karena nalurinya seperti itu,” imbuh Norma.
Tiga jenis kelompok umat Islam dalam menghadapi krisis tersebut didapatkan oleh Norma ketika melakukan kunjungan Cabang dan Ranting diseluruh pelosok tanah air. Menurutnya, klasifikasi yang ia lakukan itu dimaksudkan untuk mempermudah mengelola umat/jamaah dalam situsi disrupsi.