Senin, 7 Juli 2025
  • AR
  • EN
  • IN
Muhammadiyah
  • KABAR
  • OPINI
  • HUKUM ISLAM
  • KHUTBAH
  • MEDIA
  • SEJARAH
  • TOKOH
  • ARSIP
No Result
View All Result
  • Login
Muhammadiyah
  • KABAR
  • OPINI
  • HUKUM ISLAM
  • KHUTBAH
  • MEDIA
  • SEJARAH
  • TOKOH
  • ARSIP
No Result
View All Result
  • Login
Muhammadiyah
No Result
View All Result
  • KABAR
  • OPINI
  • HUKUM ISLAM
  • KHUTBAH
  • MEDIA
  • SEJARAH
  • TOKOH
  • ARSIP
Home Artikel

Cahaya Kehidupan

by Redaksi Muhammadiyah
4 tahun ago
in Artikel, Opini
Reading Time: 6 mins read
A A

Oleh: Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir

Pagi begitu cerah! Cahaya sang surya menerangi semesta, menghangatkan jiwa. Kupu-kupu terbang lincah di antara dedaunan hijau, memancarkan asa ke angkasa raya. Kicauan burung saling bersautan di pepohonan rindang, bagai orkestra menebar gita.

Langit membiru indah, menyentuh hati cerah. Gemercik air sungai mengalirkan jiwa bening. Hidup meluruh lembut dari kegarangan. Alam seakan mengirim pesan Tuhan atas segala anugerah yang tak berbilang. Sepadan hingga 31 kali firman-Nya diulang dalam Surat Ar-Rahman, “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan?”.

Tapi ironi. Aura damai  yang dipancarkan alam terasa berbanding terbalik dengan gelora hidup yang terhegemoni rezim media sosial. Menu harian tersaji hoaks, prasangka, ghibah,  kebencian, amarah, nista, nyinyir, kenaifan, dan segala wujud permusuhan. Semua menjejali otak kanan dan kiri sejak bangun hingga tidur kembali. Orang dibangkitkan naluri primitifnya untuk homo homini lopus dalam buaian simulacra ala  pemikiran posmo Jean Bauidrillard.

MateriTerkait

Khutbah Jumat: Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) Adalah Maqasid Syariah

Undangan Terbuka untuk Kader Muhammadiyah: Mari Menulis Tafsir At-Tanwir

Dalil-dalil Disyariatkannya Puasa Tasu‘a dan ‘Asyura

Kehidupan nyata tak kalah garang. Ibarat perang di Kuru Setra. Siapa kuat bergelora melipatgandakan digdaya dengan hasrat sekehendaknya. Setiap ambisi tak kenal henti memanjakan diri demi legasi, tanpa peduli dampak buruk pandemi. Sosok-sosok true-believers menguasai jagad wacana, menebar bara sengketa dengan perkasa bak polisi kebenaran penguasa jalan raya.

Pada titik segala paradoks yang setiap hari menjejali pikiran setiap insan, sejatinya pancaran alam damai yang dihamparkan Tuhan dapat menjadi kanopi teduh akal budi dari segala angkara. Maka ada saatnya jeda. Mengambil jarak. Merebut waktu berefleksi diri. Lalu, bertanya ke jantung hati terdalam (Lub), “Faina tadzhabun” (QS At-Takwir: 26). Kita hendak ke mana?

Hidup Positif

Ujung hidup tergantung awal. Hidup keseharian dapat dimulai dengan jiwa positif nan autentik. Bagi insan muslim mengawali hari dengan sublimasi diri. Diawali shalat subuh nan khusyuk, sebagian bertahajud dini hari tanpa publikasi. Sesudahnya tadarus dan membaca, membuka horizon nan luas sarat makna. Meski aktivitas lebih  banyak  di rumah karena pandemi, tak mengurangi nilai taqarrub kepada Ilahi Rabbi dan tafakur diri.

Ibadah mengajarkan taslim, kepasrahan tulus berbuah kesalihan diri. Menundukkan diri di hadapan Ilahi, bahwa dirinya dhaif dan Tuhanlah Maha Perkasa. Rahman-Rahim-Nya sumber energi segala kebaikan yang melampau segala hal di semesta raya ini. Itulah momentum waktu angkatan pertama (the first time) yang positif dalam hidup insan beriman. Setelah itu, bersebaran di muka bumi meraih rizki dan berkah Allah, seraya menebar kebajikan hidup tanpa merasa diri paling bersih. Hidup menjadi indah dan tuma’ninah.

Periksalah, awal memulai hari itu hati dan pikiran diberi konsumsi apa? Jika mengawali hidup dengan segala hal positif, maka energi yang bersemi dalam diri dan yang dihasilkan pun konstruktif. Hidup menjadi cerah diri, semestapun tersenyum. Bila masukannya serba negatif, yang terproduksi pun destruktif bagai aliran darah yang mengalir ke sekujur tubuh berbuah amarah ke segala arah. Hatta dalam menghadapi masalah dan musibah, jiwa positif dapat membuka rongga optimis yang membangkitkan ikhtiar dan harapan baik.

Tuhan mengajarkan jiwa al-Insyirah  (Kelapangan)  dalam memghadapi segala dinamika hidup. Sebagaimana firman-Nya: “Bukankah Kami telah melapangkan dadamu (Muhammad)? Dan Kami pun telah menurunkan bebanmu darimu. Yang memberatkan punggungmu. Dan Kami tinggikan sebutan nama(mu) bagimu. Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.” (QS Al-Insyirah: 1-8). Lalu, kenapa memulai hidup dengan segala kesempitan. Semua orang dan keadaan dicandra buruk, negatif, bermasalah, dan tidak ada baiknya dengan segala prasangka dan teori yang sarat narasi gelap!

Teologi al-Insyirah  mengajarkan hidup lapang dan optimistik. Agar insan beriman tidak serba sempit dan negatif dalam menghadapi musibah dan masalah. Hidup memang berwarna, ada anugerah ada masalah, suka dan duka, yang niscaya dihadapi dengan jiwa futuwah para kesatria. Para Nabi menghadapi banyak jalan terjal dalam mengemban risalah Tuhan. Kalau Allah menghendaki instan pasti semuanya dimudahkan Tuhan tanpa masalah. Ambi hikmah di balik masalah, “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (QS al-Baqarah: 216).

Masalah bisa datang dan pergi dalam hidup pribadi, keluarga, masyarakat, berbangsa, dan bernegara. Ada yang dapat diselesaikan, boleh jadi sejumlah hal mangkrak tak berujung-pangkal. Tak perlu diratapi hingga jatuh diri. Apalagi menebar amarah, dendam, dan luapan bara hawa nafsu Setan. Jika jalan hidup diri merasa benar, hadirlah dengan tawadhu untuk berbagi kebaikan dengan hikmah, tanpa perlu serba menghujat dan merasa paling benar. Insan beriman diingatkan Tuhan, “Maka janganlah kamu menganggap dirimu suci. Dia mengetahui tentang orang yang bertakwa.” (QS An–Najm: 32).

Jalani hidup dengan jiwa “abdullah”, selaku hamba Allah yang selalu berserah diri  kepada-Nya. Seraya memposisikan diri sebagai “khalifatul fil-ardl”,  menunaikan amanat Tuhan untuk memakmurkan bumi dan tidak berbuat kerusakan. Panggilan hidup insan beriman ialah berbuat kebajikan dalam segala hal yang menebar kemaslahatan, kebaikan, kedamaian, dan kemajuan hidup bersama. Membangun sesuatu yang bermakna lebih sulit ketimbang menegasikan, membongkar, dan menghancurkannya. Pilihlah jalan ishlah (membangun, memajukan) dan jauhi fasad fil-ardl (berbuat kerusakan) dengan jiwa ikhlas, rendah hati, sabar, mujahadah, dan refleksi diri. Itulah jalan hidup positif kaum beriman yang tercerahkan dan mencerahkan menuju bahagia hakiki di dunia dan akhirat!

Jalan Terang

Hidup kaum beriman jangan larut dalam dunia, tetapi tidak anti dan memandang gelap dunia. Hidup fatalis itu terlarang. Namun ketika hidup terlalu larut dalam segala hal yang sarat beban dan ingin menyelesaikan semuanya dengan sikap paling digdaya, hati-hati jatuh ke titik ekstrem. Setiap jalan ekstrem tentu berlebihan dan hilang keseimbangan. Pada garis  inilah orang sering kehilangan sikap tengahan (wasathiyah, adil) dalam kehidupan yang kompleks. Bila situasi ekstrem itu terus menerpa tanpa jarak dan jeda, maka lahirlah kegoncangan (kontradiksi), keketerasingan (alienasi), dan hilang arah jalan (disorientasi). 

Abu Nawas berkisah sarat hikmah. Seseorang sibuk mencari barang hilang di halaman rumahnya. Ketika ditanya, Anda ingat di manakah barang itu hilang? Dia jawab, “di dalam rumah”. Lalu, “kenapa Anda cari di halaman rumah?”. “Karena di dalam rumah gelap”, tukasnya. Sebuah kisah yang mengandung pelajaran berharga tentang kontradiksi, alienasi, dan disorientasi hidup antara gelap dan terang. Setiap orang takut kegelapan dan mengejar cahaya terang, tetapi tidak tahu cara meraihnya dan kemudian terjebak dalam ketakpahaman akut. Inilah dunia “absurditas” dari hidup manusia yang mengalami krisis kegalauan, seperti ditulis Albert Camus lewat karya terpopulernya “La Peste”. 

Absurditas meluas di segala penjuru arah. Para pemimpin tidak tahu apa yang terbaik mesti diperbuat untuk umat dan rakyatnya. Orang berilmu jumawa dengan ilmunya, tapi tak menerangi akal budinya. Orang biasa tenggelam dalam zona aman keawaman. Al-Quran mengilustrasikan ironi perilaku itu sebagai orang-orang yang mempunyai hati tidak memahami, memiliki mata tidak melihat, dan telinga tidak mendengar.  “Mereka itu ibarat binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai” (QS Al-‘araf: 179).

Pada jebakan absurditas hidup yang disertai kontradiksi, alienasi, dan disorientasi maka perlu menemukan cahaya kehidupan dari Nur Ilahi. Mereka yang ahli ibadah, ahli ilmu, ahli profesi, ahli mengurus segala perkara dunia, dan siapapun yang ingin menjadikan hidup bermakna dan berguna maka perlu membuka jalan musahabah diri untuk menemukan mutiara “fithrah”. Sebagaimana ditegaskan Allah dalam Al-Quran yang artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah (pilihlah) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” (QS Ar-Rum: 30).

Hidup dan beragama yang lurus berbasis fitrah mesti memancarkan cahaya segala kebajikan dalam kehidupan muslim secara pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa, dan lingkar alam semesta. Nabi bersabda yang artinya: “Sesungguhnya Allah  menciptakan makhluk-Nya dalam kegelapan, kemudian Allah memberi cahaya-Nya kepada mereka. Barang siapa mendapat cahaya-Nya pada saat itu, berarti ia telah mendapat petunjuk dan barang siapa tidak mendapatkannya berarti ia telah sesat..” (HR Ahmad dari Ibn Umar). Setiap insan muslim mesti bermujahadah membebaskan diri dan lingkungannya dari segala jerat kegelapan menuju cahaya.

Ibarat sinar matahari, kehadiran orang beriman dan berislam mesti menerangi seluruh insan dan alam sekitar. Setiap pikiran, ujaran, dan tindakannya selalu memancarkan cahaya terang yang mencerahkan. Bak lebah mengeluarkan madu, hinggap di ranting kecil sekalipun tak membuatnya patah. Bukan seperti lalat yang menebar wabah. Hidup jadi teduh dan tidak gaduh. Muslim autentik menempuh jalan lapang kehidupan yang mencerahkan dalam beragama, berpolitik, berekonomi, dan segala aspek lainnya dengan kesadarann ilmu dan hikmah yang beridiri tegak di atas nilai-nilai profetik yang membumi. Inilah jalan terang kehidupan kaum beriman yang disinari Nur “Cahaya Di Atas Cahaya” (QS. An-Nur: 35). Cahaya yang memancarkan pencerahan semesta!

Tulisan ini sebelumnya telah dimuat di halaman Republika pada Sabtu (25/9)

ShareTweetSendShareShare
Previous Post

Keberadaan Masjid Harus Memberi Manfaat Pada Seluruh Masyarakat di Sekitarnya

Next Post

PKU Muhammadiyah Gamping Dipercaya Gelar Vaksinasi Jenis Moderna Pertama Kali di Kabupaten Sleman

Baca Juga

Fungsionalisasi Islam untuk Membangun Tatanan Peradaban Lebih Baik
Berita

Baitul Arqam PUTM: Menyiapkan Kader Wasatiyah yang Membawa Rahmat

06/07/2025
25 Tahun Usia Reformasi, Korupsi di Indonesia Justru Makin Mengakar dan Sistemik
Berita

Meneladani KH. Ahmad Dahlan, Busyro Muqoddas Tekankan Pentingnya Integritas dalam Muhammadiyah

06/07/2025
Kampus Muhammadiyah Ini Kolaborasi dengan Universitas di Luar Negeri Riset Soal Deteksi Kanker Payudara
Berita

Dorong Kampus Muhammadiyah, Busyro Muqoddas Tekankan Pentingnya Riset yang Berjiwa Irfani

06/07/2025
UMM Masuk Lima Besar PTS Terbaik se-Indonesia Versi Webometric
Berita

Civitas Akademika Muhammadiyah harus Jadikan Al-Qur’an dan As-Sunnah Pedoman Hidup

06/07/2025
Next Post

PKU Muhammadiyah Gamping Dipercaya Gelar Vaksinasi Jenis Moderna Pertama Kali di Kabupaten Sleman

Dahlan Rais: Di Muhammadiyah, Tiada Hari Tanpa Peresmian Gedung

Haedar Nashir Resmikan Gedung Al Madinah RS PKU Muhammadiyah Karanganyar

BERITA POPULER

  • Puasa Tasua dan Asyura Jatuh Pada Tanggal 27 dan 28 Juli 2023, Begini Keutamaannya!

    Kapan Pelaksanaan Puasa Tasua dan Asyura?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Puasa Asyura dalam Riwayat Hadits Ibnu Abbas dan Aisyah RA

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mazhab Hukum yang Dianut Muhammadiyah Adalah Mazhab Profetik

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Inggris Alami Krisis Layanan Lansia, Muhammadiyah Ambil Peluang Dakwah dan Kontribusi Global

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Amalan-amalan bagi Muslimah pada bulan Muharram

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Muhammadiyah Rencanakan Pembangunan Masjid dan Sekolah di Jepang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dalil-dalil Disyariatkannya Puasa Tasu‘a dan ‘Asyura

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Alumni Kampus Muhammadiyah Ini Berhasil Diterima Magister di Harvard University

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sama-sama Menggunakan Hisab dan Berlaku Global: KHGT dan Kalender Ummul Qura Arab Saudi Tetapkan 1 Muharram 1447 H pada 26 Juni 2025

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Majelis

  • Tarjih dan Tajdid
  • Tabligh
  • Diktilitbang
  • Dikdasmen dan PNF
  • Pembinaan Kader dan SDI
  • Pembinaan Kesehatan Umum
  • Peminaan Kesejahteraan Sosial
  • Ekonomi, Bisnis dan Pariwisata
  • Pendayagunaan Wakaf
  • Pemberdayaan Masyarakat
  • Hukum dan HAM
  • Lingkungan Hidup
  • Pustaka dan Informasi

Lembaga

  • Pengembangan Pesantren
  • Pengembangan Cabang Ranting
  • Kajian dan Kemitraan Strategis
  • Pembinaan dan Pengawasan Keuangan
  • Resiliensi Bencana
  • Amil Zakat, Infak dan Sedekah
  • Pengembang UMKM
  • Hikmah dan Kebijakan Publik
  • Seni Budaya
  • Pengembangan Olahraga
  • Hubungan dan Kerjasama Internasional
  • Dakwah Komunitas
  • Pemeriksa Halal dan KHT
  • Pembinaan Haji dan Umrah
  • Bantuan Hukum dan Advokasi Publik

Biro

  • Pengembangan Organisasi
  • Pengelolaan Keuangan
  • Komunikasi dan Pelayanan Umum

Ortom

  • Aisyiyah
  • Pemuda Muhammadiyah
  • Nasyiatul Aisyiyah
  • Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
  • Ikatan Pelajar Muhammadiyah
  • Tapak Suci Putra Muhammadiyah
  • Hizbul Wathon

Wilayah Sumatra

  • Nanggroe Aceh Darussalam
  • Sumatra Utara
  • Sumatra Selatan
  • Sumatra Barat
  • Bengkulu
  • Riau
  • Kepulauan Riau
  • Lampung
  • Jambi
  • Bangka Belitung

Wilayah Kalimantan

  • Kalimantan Barat
  • Kalimantan Timur
  • Kalimantan Selatan
  • Kalimantan Tengah
  • Kalimantan Utara

Wilayah Jawa

  • D.I. Yogyakarta
  • Banten
  • DKI Jakarta
  • Jawa Barat
  • Jawa Tengah
  • Jawa Timur

Wilayah Bali &

Kepulauan Nusa Tenggara

  • Bali
  • Nusa Tenggara Barat
  • Nusa Tenggara Timur

Wilayah Sulawesi

  • Gorontalo
  • Sulawesi Barat
  • Sulawesi Tengah
  • Sulawesi Utara
  • Sulawesi Tenggara
  • Sulawesi Selatan

Wilayah Maluku dan Papua

  • Maluku Utara
  • Maluku
  • Papua
  • Papua Barat
  • Papua Barat daya

Cabang Istimewa

  • PCIM Kairo Mesir
  • PCIM Iran
  • PCIM Sudan
  • PCIM Belanda
  • PCIM Jerman
  • PCIM United Kingdom
  • PCIM Libya
  • PCIM Malaysia
  • PCIM Prancis
  • PCIM Amerika Serikat
  • PCIM Jepang
  • PCIM Tunisia
  • PCIM Pakistan
  • PCIM Australia
  • PCIM Rusia
  • PCIM Taiwan
  • PCIM Tunisia
  • PCIM TurkI
  • PCIM Korea Selatan
  • PCIM Tiongkok
  • PCIM Arab Saudi
  • PCIM India
  • PCIM Maroko
  • PCIM Yordania
  • PCIM Yaman
  • PCIM Spanyol
  • PCIM Hongaria
  • PCIM Thailand
  • PCIM Kuwait
  • PCIM New Zealand

Kategori

  • Kabar
  • Opini
  • Hukum Islam
  • Khutbah
  • Media
  • Tokoh

Tentang

  • Sejarah
  • Brand Guideline

Layanan

  • Informasi
  • KTAM

Ekosistem

  • Muhammadiyah ID
  • MASA
  • EventMu
  • BukuMu
  • SehatMu
  • KaderMu
  • LabMu

Informasi

  • Redaksi
  • Kontak
  • Ketentuan Layanan
© 2025 Persyarikatan Muhammadiyah
Login with M-ID

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • AR icon bendera arab
  • EN
  • ID bendera indonesia
  • Home
  • Organisasi
    • Anggota Pimpinan Pusat
    • Keputusan Muktamar Ke-48
      • Risalah Islam Berkemajuan
      • Isu – Isu Strategis Keumatan, Kebangsaan dan Kemanusiaan Universal
      • Keputusan Lengkap
    • Majelis
      • Majelis Tarjih dan Tajdid
      • Majelis Tabligh
      • Majelis Diktilitbang
      • Majelis Dikdasmen dan PNF
      • Majelis Pembinaan Kader dan SDI
      • Majelis Pembinaan Kesehatan Umum
      • Majelis Pembinaan Kesejahteraan Sosial
      • Majelis Ekonomi, Bisnis dan Pariwisata
      • Majelis Pendayagunaan Wakaf
      • Majelis Pemberdayaan Masyarakat
      • Majelis Hukum dan HAM
      • Majelis Lingkungan Hidup
      • Majelis Pustaka dan Informasi
    • Lembaga
      • Lembaga Pengembangan Pesantren
      • Lembaga Pengembangan Cabang Ranting dan Pembinaan Masjid
      • Lembaga Kajian dan Kemitraan Strategis
      • Lembaga Pembinaan dan Pengawasan Keuangan
      • Lembaga Resiliensi Bencana
      • Lembaga Amil Zakat, Infak dan Sedekah
      • Lembaga Pengembang UMKM
      • Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik
      • Lembaga Seni Budaya
      • Lembaga Pengembangan Olahraga
      • Lembaga Hubungan dan Kerjasama Internasional
      • Lembaga Dakwah Komunitas
      • Lembaga Pemeriksa Halal dan KHT
      • Lembaga Pembinaan Haji dan Umrah
      • Lembaga Bantuan Hukum dan Advokasi Publik
    • Biro
      • Biro Pengembangan Organisasi
      • Biro Pengelolaan Keuangan
      • Biro Komunikasi dan Pelayanan Umum
    • Profil
      • AD/ ART Muhammadiyah
      • Sejarah Muhammadiyah
      • Lagu Sang Surya
      • Organisasi Otonom
      • Cabang Istimewa/Luar Negeri
    • Ideologi
      • Muqodimah Anggaran Dasar Muhammadiyah
      • Masalah Lima
      • Kepribadian Muhammadiyah
      • Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah
      • Khittah Muhammadiyah
      • Langkah Muhammadiyah
    • Daftar Anggota
  • Opini
    • Budaya Lokal
    • Filantropi & Kesejahteraan Sosial
    • Pemberdayaan Masyarakat
    • Lingkungan & Kebencanaan
    • Masyarakat Adat
    • Milenial
    • Moderasi Islam
    • Resensi
  • Hikmah
  • Hukum Islam
  • Khutbah
    • Khutbah Jumat
    • Khutbah Gerhana
    • Khutbah Nikah
    • Khutbah Idul Adha
    • Khutbah Idul Fitri
  • Tokoh
  • Kabar
    • Internasional
    • Nasional
    • Wilayah
    • Daerah
    • Ortom
  • Galeri
    • Foto
  • Login

© 2024 Persyarikatan Muhammadiyah - Cahaya Islam Berkemajuan.